Hidayatullah.com– Pakar sejarah dari Universitas Padjajaran Bandung, Tiar Anwar Bachtiar, menjelaskan, ketidaksukaan pihak-pihak terhadap Presiden RI ke-2 Soeharto karena keberpihakannya pada Islam dan umat Islam. Sehingga ada upaya sistematis untuk menjatuhkan Soeharto.
“Sejak tahun 1990 hingga 1997 Pak Harto berpihak pada Islam. Ini yang membuat orang-orang nasionalis dan kafir tidak suka pada Pak Harto. Padahal, sebelumnya mereka mendukung Soeharto,” katanya di Jakarta, Selasa (18/12/2018).
Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) ini mengritik tuduhan Adian Napitupulu dalam surat terbuka yang ditujukan dengan judul cukup panjang: Menjawab Titiek Soeharto, Ancaman Tommy Soeharto Mempolisikan Ahmad Basarah dan Kecaman Prabowo Pada Jurnalis.
Menurut Tiar, tuduhan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut tidak berdasar dan tidak objektif atas jasa dan pembangunan yang telah dilakukan oleh Soeharto.
“Tindakan Orde Baru itu ada yang baik ada yang buruk bagi umat Islam. Kalau mau adil harus disebutkan juga kebaikan-kebaikan di zaman Soeharto,” ujar Tiar.
Sementara itu masih dikutip laman Indonesiainside.id, dalam refleksi akhir tahun Parlemen di Senayan, Jakarta, Selasa (18/12/2018), Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan, kasus hoax dan ujaran kebencian semakin marak di tahun-tahun politik.
Polri cukup disibukkan oleh kegiatan masyarakat melaporkan dua kasus ini. Sudah terbukti juga bahwa informasi atau berita hoax menjadi ancaman nyata dalam masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Menurut data terbaru Divisi Multimedia Humas Mabes Polri, telah termonitor sebanyak 3.500 berita hoax per hari. Sedangkan Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri mengamankan 18 tersangka dugaan kasus SARA dan ujaran kebencian sepanjang tahun 2018.
“Hoax dan ujaran kebencian berpotensi merusak keamanan dan ketertiban umum. Siapa pun pelakunya harus ditindak. DPR mendorong semua unsur penegak hukum untuk tidak ragu-ragu menindak pembuat dan penyebar hoax serta ujaran kebencian,” ujar Bamsoet.*