Hidayatullah.com– Indonesia melaksanakan pesta demokrasi. Rakyat menyambut antusias. Bukan hanya yang berada di Indonesia saja, tapi juga di berbagai belahan dunia. Puncak pemilu akan diselenggarakan pada 17 April 2019, besok lusa. Di luar negeri (LN), warga negara Indonesia (WNI) sudah menyalurkan aspirasi mereka mulai tanggal 8 – 14 April 2019. Mengikut waktu libur negara tersebut.
Banyak cerita unik dan menarik dari pemilu di berbagai penjuru dunia. Antara lain seperti yang diungkapkan para WNI yang tergabung dalam program Sabil@ (Salimah Berbagi Ilmu melalui media Online). Ini merupakan program organisasi Persaudaraan Muslimah (Salimah) untuk memberi manfaat kepada para Muslimah dari jarak jauh.
Humas Salimah, Rahma, mengatakan, salah satu grup beranggotakan Muslimah Indonesia –disebut Sahabat Salimah– yang saat ini berdomisili di berbagai penjuru dunia ialah Sabil@ Diaspora. Grup ini menggunakan salah satu aplikasi berbagi pesan.
Di sela jadwal kelas diskusi, dari grup ini mengalir berbagi cerita pengalaman WNI saat melakukan pencoblosan yang berakhir Ahad, 14 April kemarin. “Pengalaman yang mungkin berbeda dari yang biasa kita lakukan di dalam negeri,” tuturnya kepada hidayatullah.com dalam rilisnya, Senin (15/04/2019).
Mulai cerita tentang teknis pencoblosan sampai soal model kotak suara yang ternyata juga berbeda-beda. Sebagaimana informasi yang diterima, kegiatan pemungutan suara di LN dilaksanakan dengan tiga metode. Memilih di TPSLN yang berada di kantor perwakilan RI (KBRI/KJRI/KDEI), memilih dengan Kotak Suara Keliling (KSK) yang bertempat di dekat pemukiman atau tempat kerja WNI, dan metode pos.
Seperti yang dikisahkan oleh WNI yang berada di Jepang, Amerika Serikat, dan Mesir yang wilayahnya jauh dari KJRI, mereka mengikuti pemilihan melalui pos. Tapi memang mereka akan dapat kiriman surat suara via pos jika sudah terdaftar sebagai pemilih dan akan memilih di wilayah tersebut.
Untuk yang belum mengurus pindah wilayah pemilihan, mereka tidak mendapat kiriman surat suara. Itupun, tuturnya, masih ada beberapa kekurangan. Ada yang suaminya dapat, istrinya tidak dapat. Ada yang hanya dapat kertas suara pemilihan presiden saja.
Baca: Pemilu di Kuala Lumpur WNI Membludak, Antrean 400-an Meter
WNI lainnya dari Istanbul, Turki, menyampaikan, sekitar seratus orang tidak bisa menyalurkan hak pilihnya, karena kertas surat suara habis. Sementara dari Doha, Qatar menceritakan kasus sebaliknya, bahwa surat suara berlebih.
Ledia dari Qatar juga menceritakan kalau ada juga petugas keliling. “Pemilu diadakan di titik yang mendekati tempat para pekerja. Seperti misal kalau di sini, pekerja di bengkel, ART atau daerah-daerah yang memang para pekerjanya agak sulit meninggalkan tempat kerjanya,” tuturnya.
Antusias masyarakat Indonesia untuk mencoblos terlihat dari ramainya antrean dalam foto-foto yang dikirimkan. Bahkan di Singapura, beberapa rumah makan Indonesia memberikan diskon bagi yang menunjukkan tinta di jari bekas tanda pencoblosan.
Kotak suara ternyata juga berbeda. Ada yang dari mika transparan, ada dari kaleng, ada juga dari kotak plastik penyimpanan.
Baca: Beda Pilihan Capres, Pasangan ini siap Menikah di Palembang
Aisyah, WNI yang tinggal di Kairo, Mesir berbagi tips berdasar pengalaman mencoblos 13 April lalu.
“Banyak yang bermasalah karena halaman belakangnya ikut tercoblos, atau surat suara lainnya ikut tercoblos. Karena surat suara caleg sangat lebar. Untuk itu mohon diperhatikan, ketika mencoblos diharapkan tenang. Buka surat suara pelan-pelan hingga benar-benar terbuka. Pinggirkan surat suara lain agar tidak ikut tercoblos. Cobloslah dengan Istighfar dan Basmalah,” ungkapnya.
Hasil perolehan suara pemilu LN (real count) berdasarkan penghitungan yang dilakukan PPLN dan KPPSLN baru dapat diketahui setelah proses penghitungan suara pada 17 April 2019 sesuai waktu setempat.
“Semoga segala kekurangan yang berlaku, hanya karena ketidaksempurnaan petugas sebagai manusia. Bukan ada unsur kesengajaan. Berharap ke depan dapat diperbaiki. Dan pemilu yang akan diselenggarakan pada 17 April 2019 di Tanah Air, akan berjalan dengan lancar, tidak ada kecurangan. Sehingga pemimpin yang terpilih dapat memberi manfaat dan pelayanan bagi rakyat Indonesia di manapun berada,” pungkas Rahma.*