Hidayatullah.com– Aliansi Masyarakat Peduli Tragedi Kemanusiaan Pemilu 2019 (AMP-TKP 2019) menyatakan, menuntut penyelenggara negara agar secepatnya hadir memberikan respons positif yang nyata terhadap kematian 554 orang dan jatuh sakit 3.778 orang pada Pemilu 2019 (per 4 Mei 2019).
Aliansi menilai, kematian beratus-ratus petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu), dan polisi itu adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) atau tragedi kemanusiaan.
Aliansi tersebut mendesak pemerintah segera membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat madani.
“Kami meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk segera turun tangan melakukan penyelidikan atas kemungkinan telah terjadi pelanggaran HAM dalam Kejadian Luar Biasa/Tragedi Kemanusiaan pada Pemilu 2019,” ujar Aliansi yang antara lain terdiri dari Prof Din Syamsuddin dalam siaran persnya diterima hidayatullah.com Jakarta, Rabu (08/05/2019).
Baca: Tokoh Lintas Agama Tuntut Investigasi Kematian Massal Petugas Pemilu
Selain Din, Aliansi tersebut juga terdiri dari para tokoh masyarakat madani lintas agama, suku, dan profesi yang prihatin terhadap kematian dan jatuh sakit massal para petugas penyelenggara Pemilu 2019 dan keamanan.
“Kami mengajak segenap elemen masyarakat madani yang cinta keadilan, dan kebenaran, serta peduli kemanusiaan, untuk bersama-sama melalui AMP-TKP 2019 ikut menanggulangi Kejadian Luar Biasa/Tragedi Kemanusiaan Pemilu 2019 ini secara tuntas,” serunya.
Para tokoh itu pun mendirikan gerakan dengan nama AMT-TKP 2019, lalu menuntut investigasi serius, tuntas, dan transparan atas kasus kematian demi kematian petugas tersebut.
“Inilah tragedi kemanusiaan yang menuntut perhatian dan keprihatinan kita semua, baik masyarakat maupun utamanya Penyelenggara Pemilu dan Pemerintah. Kejadian Luar Biasa/Tragedi Kemanusiaan ini telah menimbulkan citra buruk Indonesia di mata internasional dan mencederai pelaksanaan Pemilu 2019 yang berdasarkan asas langsung, bebas, rahasia, adil, jujur, transparan, dan akuntabel. Lemahnya tindakan pencegahan dan penanganan telah menyebabkan korban berjatuhan secara beruntun, masif, dan tragis,” kata Aliansi.
Baca: 440 Petugas KPPS Meninggal, Ahli Forensik: Ini Tragedi Dunia, Jangan Diam
Aliansi menilai, adalah tidak arif jika Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan Pemerintah menyikapi tragedi tersebut sebagai kejadian biasa –suatu sikap yang bernada mengabaikan dan kurang menunjukkan sikap bertanggung jawab.
Aliansi berpandangan, penting bagi bangsa mengetahui penyebab ‘Kejadian Luar Biasa/Tragedi Kemanusiaan’ tersebut untuk menghindari berkembangnya prasangka yang tidak perlu, dan agar tragedi serupa tidak terulang pada masa mendatang
“Maka atas dasar Sila Kedua Pancasila, “kemanusiaan yang adil dan beradab,” kami mendesak dilakukannya investigasi yang bersungguh-sungguh, mendalam, tuntas, transparan, dan berkeadilan,” desaknya.
Baca: 412 Petugas KPPS Meninggal, PKS Instruksikan Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Disebut sejumlah tokoh yang menudung aliansi tersebut, yaitu Aay M. Furkon, Abdul Aziz Basyaruddin, Adiwarsita Adinegoro, Adnan Madani, Ahmad Sastra, Ahmadie Thaha, Alaidin Athory, Ali Akbar Soleman, Alia Baidhowi, Amidhan Saberah, Andrianto, Ani Hasibuan, Anwar Abbas, Any Setianingrum, Asep P. Bahtiar, Bahtiar Effendy, Bambang Prasetya, Bob Hasan, Busyro Muqoddas.
Kemudian, Buya Muhammad Nurman, Chairul Tamimi, Chusnul Mar’iyah, Cut Meutia Adrina, Dadang Kahmad, Deni Solehudin, Dudi Salam, Faisal Haq, Edhi Mulyono, Gus Hafidh, Hamdani, Herry Sinaramata, Imbalo Iman Sakti, Iwan Piliang, Jeje Zaenudin, Joko Intarto, Jose Rizal, Latief Awwaludin, M. Din Syamsuddin, M. Lukman Ashari, Marah Sakti Siregar, Misbahuddin, Mohammad Siddik, Muhammad Chirzin Mpu Jaya Prema Ananda, Nashirul Haq, Nurjaman Mochtar, Nyoman Udayana Sangging, Reza Indragiri Amriel, S. Iskandar Sbw, Siane Indriani, Sri Lestari Linawati, Teuku Nasrullah, Tifauzia Tyassasmita, Umar Husin, Usep Syaefulloh, Widya Murni, dan Wilson Lalengke.
“Para pemrakarsa terdiri dari tokoh agama, pimpinan organisasi, akademisi, advokat, dokter, profesional lain, dan aktifis sosial. Dukungan masih dibuka,” terang Aliansi.*