Hidayatullah.com– Kelompok teroris yang dikenal dengan sebutan kelompok kriminal bersenjata (KKB) tidak hanya membakar 24 rumah warga di wilayah Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua baru-baru ini.
Ternyata, gedung Sekolah Dasar Inpres Tagaloa yang merupakan sekolah unggulan di wilayah itu juga menjadi sasaran kelompok teror tersebut pada akhir September lalu.
Bupati Puncak, Willem Wandik, sangat menyayangkan aksi kelompok bersenjata yang pembakaran gedung sekolah di wilayah Puncak.
Bupati mempertanyakan model perjuangan kelompok bersenjata yang ada di wilayahnya.
“Perjuangan model apa ini, harusnya sekolah dijaga karena ini menjadi tempat pendidikan generasi masa depan Puncak. Saya harap ini kejadian yang pertama dan terakhir di Puncak,” tegas Bupati setelah meninjau rumah dampak teror KKB di Ilaga, Senin (07/10/2019).
Baca: Kapolda Papua: TNI dan Polri Akan Jamin Keamanan Wamena
Kepala Sekolah SD Inpres Tagaloa, Yance Kogoya mengaku sangat sedih dengan ulah teroris di Puncak itu. Selain kehilangan tempat mengajar, para guru terpaksa mengungsi ke wilayah Timika karena ketakutan dengan teror kelompok bersenjata itu.
“Adoh saya sedih sekali, anak-anak murid jadi korban, teman-teman guru jadi takut ada yang mengungsi ke Timika terpaksa sekolah kami kasih libur sementara sampai kondisi benar benar kondusif baru lanjutkan sekolah,” ungkapnya.
SD Inpres Tagaloa adalah sekolah rujukan terbaik di Puncak yang merintis lahirnya generasi emas di wilayahnya. Pemerintah Puncak berencana memindahkan kegiatan belajar mengajar siswa sekolah tersebut ke gedung milik sekolah lainnya.
“Untuk sementara anak-anak sekolah akan dipindahkan sementara ke gedung sekolah dalam kota sambil menunggu pembangunan gedung yang baru,” tutur Bupati kutip INI-Net, Selasa (08/10/2019).
Baca: Bupati Puncak Papua Dorong Pemerintah Pusat Pakai Pendekatan Hati, Bukan Militer
SD Inpres Tagaloa memiliki 300 murid dengan jumlah total enam ruang kelas. Yance mengkhawatirkan nasib 21 murid kelas 6 yang sedang menyiapkan diri memasuki ujian nasional pada 2020 mendatang.
“Mereka terpaksa tidak bisa sekolah dengan baik padahal tengah bersiap memasuki ujian nasional,” ungkapnya bersedih.
Saat ini pihak sekolah masih berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Puncak dalam mencari solusi bagi ratusan murid itu.
”Mudah-mudahan ada solusi. Sementara sekolah gabung ke SD lain atau bagaimana yang utama kami ingin proses pendidikan kembali jalan,” harapnya.*