Hidayatullah.com–Minimnya pemahaman da’i terhadap agama atau penguasaan Bahasa Arab yang kurang tidak bisa jadi alasan untuk mengabaikan dakwah di wilayah minoritas seperti Timor Leste.
Hal itu diungkap oleh Anwar Da Costa, utusan da’i Timor Leste dalam acara “Pertemuan Internasional Ulama dan Dai se-Asia Tenggara” di Hotel Putri Gunung Lembang, Bandung, Jawa Barat hari Ahad, (09/08/2015) kemarin.
“Kami tidak bisa menunggu nanti hebat Bahasa Arab baru mau berdakwah,” ungkap Anwar mengawali penjelasannya tentang tantangan dakwah di Timor Leste.
“Sebab akwah ini harus berjalan terus, tidak boleh berhenti,” imbuh Anwar.
Di hadapan ratusan peserta, Anwar sebelumnya minta maaf, sebab ia belum bisa berbahasa Arab secara fasih sebagaimana para utusan lainnya yang saling berkomunikasi dengan bahasa Arab selama di ruang acara.
Anwar mengaku baru ada satu orang da’i yang bisa bercakap Bahasa Arab di Timor Leste.
“Cuma ia sedang berhalangan hadir, yaitu ustadz Muslim Da Costa, Lc,” terang Anwar.
Lebih lanjut Anwar menjelaskan dinamika dakwah di Timor Leste yang dirinci menjadi tiga tahapan dakwah.
Pertama, fase penjajahan Portugis, Kedua, fase bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan ketiga, fase berpisah dari NKRI dan menjadi negara sendiri.
“Masing-masing tahapan tersebut memiliki suka duka dakwah tersendiri,” ucapnya.
Menurut Anwar, di masa penjajahan Portugis, Timor Leste dikuasai oleh agama Katolik hingga mencapai 99,9 % sedang umat Islam hanya tersisa segelintir itupun dari keturunan daerah Hadramaut, Yaman.
Di masa itu tak ada seorang Muslim yang terlahir dalam keadaan Muslim.
“Bahkan masjid pun hanya ada satu, masjid Nur di Kota Dili,” terang Anwar.
“Saya sendiri adalah generasi awal Muslim di Timor Leste,” aku Anwar.
Selanjutnya, Timor Leste bergabung ke wilayah NKRI menjadi propinsi ke-27. Dengan bekerjasama dengan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Timor Leste mendapat kiriman 7 orang da’i pada tahun 1981.
Alhasil setelah itu terjadi perubahan signifikan dengan bertambahnya umat Islam menjadi 35.000 orang dalam kurun waktu 1975-1999.
Selain itu masjid bertambah menjadi 46 buah dengan madrasah-madrasah yang tersebar di berbagai distrik di Timor Leste.
“Umat Islam kira-kira mencapai 40% dan non Muslim 60% saat itu,” ucap Anwar kembali.
Seiring waktu, akhirnya Timor Leste memilih berpisah dari NKRI dan bagi Anwar sebagai da’i, inilah masa-masa sulit dalam berdakwah.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Saat itulah jumlah umat Islam merosot tajam menjadi hanya 5000 orang dari 35.000 umat Islam sebelumnya. ucap Anwar. Masjid bahkan kembali menjadi satu buah saja yang aktif,” imbuh Anwar.
Meski demikian Anwar mengaku hal ini juga menjadi ladang dakwah buat para da’i di Timor Leste.
Pelan tapi pasti dakwah terus bergulir dan mulai menampakkan hasil menggembirakan.
“Hari ini Timor Leste memiliki 17 buah masjid/mushalla dengan jumlah umat Islam mencapai sekitara 6000 orang lebih,” ujar Anwar.
“Kami undang bagi siapa saja yang mau bergabung berdakwah bersama kami di Timor Leste,” demikian ajar Anwar Da Costa.*/Masykur Abu Jaulah