Hidayatullah.com– Patung Dewa Perang China, Kwan Sing Tee Koen, di Tuban, Jawa Timur, runtuh. Pantauan hidayatullah.com pada Jumat (17/04/2020) berdasarkan video amatir yang viral, patung raksasa setinggi 30 meter itu runtuh secara tiba-tiba.
Informasi dihimpun media ini, Patung Dewa Perang China yang pendiriannya menuai kecaman dari banyak pihak itu runtuh kemarin. Patung ini terletak di halaman belakang Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Tuban.
Runtuhnya Dewa Perang China di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban pada sekitar pukul 10.00 WIB, Kamis (16/04/2020) itu mengagetkan warga sekitar. Kelenteng ini disebut-sebut terbesar se-Asia Tenggara.
Patung bernilai Rp 1,5 miliar yang diresmikan pada tahun 2017 oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan tersebut ambruk dalam hitungan detik, hanya menyisakan kerangkanya.
Kepolisian setempat kemudian melakukan penyelidikan atas runtuhnya Dewa Perang China itu. Polisi dikabarkan telah memasang garis polisi (police line) di area patung, dipasang secara melingkar.
Menurut kepolisian, berdasarkan keterangan dari pengurus kelenteng, patung runtuh bisa jadi dikarenakan angin dan cuaca panas hujan, sehingga material patung rontok.
Kemudian, bisa pula disebabkan konstruksi bangunan yang kurang bagus.
“Kalau keterangan pengurus kelenteng bisa jadi disebabkan angin dan cuaca panas hujan. Tetapi masih kita lidik, tidak ada korban jiwa,” ujar Kapolres Tuban, AKBP Ruruh Wicaksono didampingi Kasat Reskrim, AKP Yoan Septi Hendri kutip Surya.co.id kemarin.
Baca: Patung Dewa Perang China di Tuban, Dinilai Potensial Cederai Harmoni Bangsa
Berdasarkan pantauan, patung yang baru berumur 3 tahun itu kini tidak sementereng sebelumnya.
Beberapa saat setelah keruntuhan itu, lokasi masuk kelenteng ditutup, menurut keterangan dari pihak keamanan yang berjaga, penutupan ini atas perintah atasan.
Petugas polisi pun bahkan kemarin belum diperkenankan masuk untuk melakukan penyelidikan. “Pintu masuk kelenteng ditutup, ini perintah atasan,” ujar petugas keamanan kelenteng yang tak menyebut namanya kutip media tersebut kemarin siang.
Kejadian runtuhnya membuat warga sekitar berhamburan ke luar rumah. Getaran yang ditimbulkan akibat runtuhnya Patung Dewa Perang China menyebabkan warga panik.
Salah seorang warga di sekitar lokasi Kelenteng Kwan Sing Bio, Jaman, mengaku mengira ada pesawat yang jatuh.
Baca: Warga Gabungan se-Jatim Tuntut Pembongkaran Patung Dewa Perang China di Tuban
Patung Ditolak Warga
Sebelumnya, pembangunan Patung Dewa Perang China tersebut mengalami penolakan warga. Massa gabungan dari 53 elemen ormas serta LSM nasionalis dan agamis seluruh Jawa Timur menggelar aksi unjuk rasa menuntut dirobohkannya Patung Dewa Perang China, Kwan Sing Tee Koen, di Tuban, Jatim, Senin (07/08/2017).
Informasi yang diterima hidayatullah.com , aksi yang katanya dihadiri ribuan massa itu digelar dalam bentuk orasi, teaterikal, dan audiensi bertema “Boemi Poetra Menggugat”. Berlangsung mulai sekitar pukul 11.00 WIB di depan Kantor DPRD Tingkat I Provinsi Jatim, Surabaya.
Patung Dewa Perang China itu didirikan tanpa Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Pendirian Patung Dewa Perang China ini menuai kecaman dari banyak pihak. Kecaman itu merebak luas di berbagai media termasuk media sosial.
Tuntutan perobohan patung itu didasari banyak alasan, antara lain, menurut massa aksi, karena patung raksasa setinggi 30 meter itu dinilai bukan bagian dari ritual pemujaan suatu agama yang diakui di Indonesia.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Juga karena patung itu dinilai bukan bagian dari sejarah bangsa Indonesia, serta tidak mencerminkan kebudayaan bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, pun tidak mencerminkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
“(Pendirian patung) tidak mengindahkan rasa kearifan terhadap budaya lokal dan bumi putra Nusantara,” demikian bunyi alasan lain.
Baca: Soroti Patung Dewa Perang China, Jimly Harap Pihak Minoritas Ada Sensitivitas
Masih menurut massa, pendirian Patung Dewa Perang China itu tidak ada nilai-nilai pendidikan dan sejarahnya bagi putra-putri penerus bangsa Indonesia.
“Karakter dan ukuran patung mengindikasikan penguasaan, penindasan, dan penjajahan terhadap bangsa Indonesia,” sebutnya.
Patung Dewa Perang China itu juga dinilai sebagai lambang keangkuhan bangsa asing di Bumi Pertiwi Indonesia.
Bahkan, pendirian patung yang lebih besar dan tinggi daripada tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia Jenderal Soedirman itu, dinilai sebagai bentuk penghinaan terhadap tokoh-tokoh perjuangan pendiri bangsa Indonesia.
“(Pendirian Patung Dewa Perang China) sebagai bentuk pengkhianatan jati diri sebagai warga negara Indonesia,” demikian alasan lainnya.*