Hidayatullah.com– Tidak ada jalan tercepat untuk keluar dari krisis global saat ini, kecuali bertani dan berkebun. Demikian ditegaskan mantan CEO Dahlan Iskan bersama Didik Rachbini, ekonom, Najib Azca, dosen Sosiologi UGM, dan politikus Misbakhun dalam acara Webinar Nasinal dengan tema Momentum Menuju Kemandirian Ekonomi yang digelar Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII).
Kebangkitan ekonomi Indonesia paska Covid-19 berada di area pertanian dan perkebunan. Ini pilihan yang logis. Karena ekonomi yang berbasis industri sudah lumpuh. Susah bangkit. Karena butuh modal besar dan butuh buruh cekatan lagi professional, jelasnya.
Indonesia sangat diuntungkan dengan ekonomi pertanian dan perkebunan karena berada di wilayah tropis dengan jumlah jenis buah banyak dan bervariasi. Namun, harus tetap fokus bila mau mengambil tata ekonomi pertanian dan perkebunan, tambahnya.
“Hampir jadi negeri ini menjadi negeri industri, tiba-tiba menjadi negeri perdagangan.“ Mengapa demikian, tegas Dahlan. Karena akibat Covid-19 ini, semua tatanan ekonomi industri terbalik, menurun dan bangkrut.
Alhasil negeri ini menjadi negara pedagang dan akan melakukan perbuatan perdagangan tanpa industri, tambahnya. Pelaku industri yang akan datang justru menjadi pedagang, dengan membeli barang dari luar kemudian diakui sebagai hasil industrinya, jelasnya.
Kenapa ini dilakukan? kata Dahlan. Karena memproduksi dan melakukan perbuatan industri membutuhkan investasi dan modal besar. Alat-alat industri termasuk di antaranya transportasi industri lumpuh dan tak bergerak menyalurkan hasil industri. Dan tuntutan buruh setelah banyak di-PHK akan menjadi sangat riskan bagi pelaku industri bila akan mencari buruh atau karyawan.
Maka, untuk mencari keseimbangan harus segera kembali ke pertanian dan perkebunan, jelas Dahlan.
Hal ini akan bisa segera melakukan keseimbangan neraca perdagangan. Negara tidak bisa memastikan dan mendorong industrialisasi, tetapi bisa dipacu adalah justru di pertanian dan perkebunan rakyat.
Pertanian dan perkebunan itu, adalah usaha ekonomi yang sesuai dengan protokol Covid-19. Petani jika menanam sudah melakukan physical distancing. Bukan saja petaninya, bahkan tanamannya pun udah melakukan social distancing. Dan jarak panen satu dengan lainnya pun berjarak waktu tapi terus berjalan, jelasnya sambil tersenyum kecil.
Lantas apa produksi pertanian dan perkebunan yang menjadi unggulan, jelas Dahlan. Untuk pertanian sudah jelas beras. Adapun perkebunan diutamakan perkebunan buah seperti durian, manggis, nanas, pepaya, atau apukat. Anggap saja ini adalah perkebunan yang bisa mencukupi dalam negeri dan ekspor.
Utamakan barang pokok
Menurut ekonom Didik J. Rachbini, di era digital society, mestinya infrastruktur itu memang untuk memfasilitasi pergerakan barang pokok bukan orang. Karena itu, lebih penting memperbaiki jalur kereta api yang bisa membawa logistik dalam skala masif ketimbang jalan tol yang lebih memfasilitasi pergerakan orang.
“Benar apa yang disampaikan Pak Dahlan bahwa untuk keluar dari krisis maka segeralah untuk mendorong kegiatan pertanian dan perkebunan,” jelasnya. Karena masyarakat kita bisa hidup bertahan dengan dua kegiatan ekonomi kerakyatan yang sederhana juga mampu bertahan hidup, tambahnya.
Perjalanan ekonomi kelas menengah ke atas dalam keadaan seperti ini mati suri, seperti mall, supermarket. Justru geliat pasar akan berada di area pasar rakyat. Dan kebutuhan pasar rakyat yang ramai adalah bahan makanan pokok, jelasnya. Maka transportasi perdagangan rakyat harus dipertimbangkan oleh pemerintah, tambahnya agar tata ekonomi tetap berjalan dan tidak lesu.
Sebab sunatullah krisis, jelas Didik, pasar berjalan lambat, transportasi berhenti, APBN mengkerut. Justru altruism, seperti zakat, sedekah dan gotong royong mampu membantu dampak pendemi kali ini. Negara harus memperkuat dan mendorong serta membuka kran filantropi masyarakat untuk saling membantu dan tolong menolong. Ini akan lebih bisa menyelematkan hidup rakyat kebanyakan, jelasnya.
Bagi Najib Azca, Sosiolog UGM, keprihatinan krisis kali ini justru banyak diambil alih masyarakat untuk saling tolong menolong. Mereka saling menjaga di antara masyarakat agar tetap sehat dan jangan sampai jatuh miskin. Tapi sangat disayangkan masyarakat juga harus super ketat untuk menjaga diri dari kriminalitas. Akibat dari krisis dan ditambah dikeluarkannya para tahanan kriminal yang dikeluarkan dari lembaga pemasyarakatan. Ketenangan masyarakat, semestinya pemerintah sanggup menjaga stabilitas harga bahan pokok dan keamanan serta ketenteraman lingkungan yang nyaman, tambahnya
Bagi Misbakhun, dalam situasi terdampak corona dalam sisi ekonomi, kita gak bisa membedakan mana rakyat miskin, menengah atau kaya. Semuanya masuk zona merah dampak pandemi corona terjadi di seluruh Indonesia.
Sisi supply and demand terjadi kontraksi luar biasa, jelasnya.
Menurut Misbakun, Saldo Anggaran Lebih (SAL) adalah akumulasi SiLPA/SiKPA tahun anggaran yang lalu dan tahun anggaran yang bersangkutan setelah ditutup, ditambah/dikurangi dengan koreksi pembukuan.
Semestinya SAL digunakan dalam rangka untuk menutup kekurangan pembiayaan APBN. Kedua, untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran negara pada saat tertentu dalam hal realisasi penerimaan negara tidak mencukupi membiayai pengeluaran tersebut.
Bagi rakyat kecil selaku pelaku UMKM harus disorong terus untuk melakukan usaha yang bisa menutupi kebutuhan masyarakat. Meski harus diketahui bahwa 67 juta UMKM ini 70% sudah terpapar kredit macet. Pemerinah harus sadar dan ada perlakuan khusus buat pelaku ekonomi kerakyatan.*