Hidayatullah.com– Berbagai pihak mengecam kekerasan yang terjadi dalam aksi demonstrasi menolak Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker). Dalam aksi demonstrasi pada 6,7,8 Oktober 2020, banyak pihak mengalami luka-luka, baik dari unsur mahasiswa, pelajar, buruh, jurnalis, sampai aparat.
Direktur Eksekutif Indonesia CARE, Lukman Azis, mengatakan, lembaganya turut mengecam kekerasan yang terjadi baik yang dilakukan oknum aparat maupun oknum pendemo.
“Kami mendesak pemerintah membentuk tim investigasi kemanusiaan untuk mengungkap kekerasan yang terjadi dalam peristiwa tersebut. Tim investigasi independen baik dari LBH, aparat penegak hukum, jurnalis-jurnalis investigasi, akademisi seperti dari psikologi atau kriminologi,” ujar Lukman Azis lewat siaran persnya pada Sabtu (10/10/2020).
Baca: Tiga Jurnalis Mahasiswa Dikabarkan Hilang Saat Liput Tolak UU Ciptaker
Baca: Pemerintah Sesalkan Demo Omnibus Law Ricuh, Tegaskan UU itu untuk Sejahterakan Rakyat
Ia mengatakan, pada aksi selama beberapa hari kemarin, telah terjadi tragedi kemanusiaan berdarah yang meluas di sejumlah daerah. “Kekerasan dialami semua pihak yang terlibat. Bahkan intimidasi kepada pekerja kemanusiaan seperti paramedis juga dialami,” imbuhnya.
Sebagai pemerhati kemanusiaan, Lukman melihat adanya sikap abai dari penguasa untuk secara serius melihat akar masalah dari peristiwa itu.
“Penyelesaian hanya dilakukan parsial pada pelaku perusakan atau peserta aksi yang anarkis saja. Sedangkan penyebab mendasarnya di sehingga peristiwa terjadi tak disidik. Termasuk dalang atau aktor intelektual yang berada di belakang bentrokan aparat dan peserta unjuk rasa,” sebutnya.
Aktivis kemanusiaan ini pun mengajak semua lembaga kemanusiaan agar peduli pada korban-korban kekerasan yang ada.
“Aksi sudah selesai bukan berarti penderitaan mereka selesai juga. Beberapa masih di rumah sakit, ada yang masih terluka parah. Yuk kita sama-sama peduli. Tak peduli dari kubu mana, yang penting mereka korban penganiayaan. Ada krisis kemanusiaan di sini,” ujarnya.*