Hidayatullah.com–Presiden Joko Widodo meminta sekolah tatap muka dilakukan secara berhati-hati dengan tidak lebih dari dua kali seminggu, kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Menteri Budi mengatakan instruksi Presiden tersebut disampaikan dalam rapat terbatas dengan para menteri terkait meningkatnya kasus Covid-19 belakangan ini.
Presiden Jokowi — panggilan akrab dia — juga menginginkan kegiatan sekolah tatap muka dilakukan secara hati-hati dan terbatas, kata Budi. Selain hanya boleh dilakukan dua kali dalam seminggu, Jokowi menginginkan sekolah tatap muka hanya dilakukan dua jam dalam sehari dan hanya dihadiri oleh 25 persen dari total jumlah murid.
“Dan opsi untuk menghadirkan anak ke sekolah ditentukan oleh orang tua,” jelas Menkes Budi Gunadi dalam konferensi pers secara virtual di Kantor Presiden pada Senin.
Dia juga menegaskan semua guru harus divaksinasi sebelum sekolah tatap muka dimulai. “Jadi mohon bantuan juga kepala daerah karena vaksinnya kita kirim kepada kepala daerah prioritaskan guru dan lansia,” pungkas dia.
Pemerintah menargetkan program vaksinasi untuk tenaga pendidikan dapat selesai pada akhir Juni dan sekolah tatap muka dilakukan pada Juli 2021. Menurut Menteri Nadiem, penutupan sekolah selama pandemi telah meningkatkan tren putus sekolah, pernikahan dini, hingga kekerasan pada anak.
Anak juga dihadapkan pada risiko learning loss yang akan berdampak panjang pada masa depan mereka.“Risiko ini bukan hanya dari aspek pembelajaran, tapi juga pada masa depan dan psikososial mereka menjadi sangat rentan,” ujar dia.
Menteri Nadiem menuturkan Indonesia cukup tertinggal dibandingkan 85 persen negara di Asia Timur dan Pasifik yang telah membuka kembali sekolah meski pandemi belum usai. Pemerintah telah mengizinkan sekolah tatap muka sejak Januari 2021 berdasarkan izin pemerintah daerah, namun realitasnya baru 22 persen sekolah di Indonesia yang membuka layanan tatap muka sejauh ini.*