Hidayatullah.com — Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santosa Purwokartiko mengeluarkan klarifikasi terkait unggahanya di media sosial yang menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Unggahan Budi menerima banyak kecaman karena menyebut perempuan berhijab sebagai ‘manusia gurun’ saat menceritakan pengalaman sebagai pewawancara mahasiswi calon penerima beasiswa LPDP.
Dalam klarifikasi nya, Budi Santosa mengklaim tidak berniat merendahkan wanita yang berhijab.
“Itu adalah opini pribadi saya ya, tidak sebagai rektor. Maksud saya tidak ingin merendahkan orang yang pakai jilbab atau diskriminasi tidak ada maksud itu, saya hanya bercerita saja kebetulan kok ke-12-nya (mahasiswi) itu nggak pakai kerudung,” kata Budi Santoso dilansir Detikcom, Sabtu (30/4/2022).
Budi mengatakan respons kecaman atas statusnya tersebut merupakan kesalahpahaman. Dia mengklaim tak bermaksud menjelek-jelekkan wanita yang mengenakan kerudung atau jilbab.
“Mereka itu sangat salah paham. Saya menggunakan (kalimat) yang jadi masalah kan, mereka tidak ada yang pakai kerudung ala manusia gurun kan ya? Jadi maksud saya tidak seperti orang-orang yang pakai tutup-tutup, kaya orang Timur Tengah yang banyak, pasir, angin, panas gitu ya,” kata Budi.
Selain itu, menurut Budi Santoso, statusnya yang menjadi heboh adalah ‘konsekuensi bahasa’ yang ia tuliskan. Tulisan itu dianggap Budi dijadikan alat beberapa oknum memvonis jika tulisannya itu menjatuhkan wanita yang mengenakan kerudung.
“Itu konsekuensi dari bahasa tulis ya. Mungkin persepsinya akan berbeda-beda ya. Tapi banyak yang memotong, maksudnya men-screenshot kemudian di kasih pengantar seakan-akan saya tidak adil, diskriminatif. Itu yang menurut saya, saya sayangkan. Dan orang tidak membaca tulisan aslinya,” klaimnya.
Atas tindakannya, Budi sendiri telah dilaporkan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Direktur Utama LPDP Andin Hadiyanto. Pernyataan itu diungkapkan oleh Irvan Noviandana dalam surat terbuka yang dirilis pada Sabtu (30/4/2022).
“Budi Santosa sebagai pihak yang mewawancarai peserta Program Dikti sebagaimana yang disampaikan pada tulisannya mengatakan kalimat yang bernuansa SARA bahwa ’12 mahasiswi yang diwawancarai tidak ada satupun yang menutup kepala ala manusia gurun sehingga otaknya benar-benar open minded,'” tulis pernyataan tersebut.
“Kami sebagai umat islam sangat tersinggung dengan perkataan yang disampaikan secara terbuka oleh Pewawancara LPDP karena merendahkan syariat agama kami yang mewajibkan para wanita untuk menutup kepala (berhijab) sebagai bentuk kepatuhan dalam agama,” lanjutnya.*