Hidayatullah.com—Menjelang Pemilu 2024, Wakil Ketua MPR Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA, menegaskan bahwa di tahun politik, kita sebagai umat dan bangsa harus semakin meneguhkan jati diri dan asas kultural. Ia menyampaikan bahwa berpolitik bukan meninggalkan jati diri kita sebagai umat dan bangsa, serta jati diri kita yang melanjutkan sejarah.
“Itu sangat dipentingkan di tahun politik ini sehingga kita tidak kemudian melakukan tindakan-tindakan yang justru bertentangan dengan tradisi, yang tidak sesuai dengan kemashlahatan masyarakat, atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat,” kata Hidayat Nur Wahid usai Dialog Kebangsaan dan Keagamaan dengan para tokoh masyarakat, kiai, ulama, dan para guru, di Demak, Jawa Tengah, Jumat, (25/11/2022).
Dalam serangkaian kunjungan di Demak, Jepara, dan Kudus. Tiba di Semarang, Jawa Tengah, HNW melakukan perjalanan ke Masjid Nurul Ulum di Demak menjadi khatib dan imam shalat Jumat dan diteruskan ke Kompleks Makam Kadilangu untuk berziarah ke makam Sunan Kalijaga, dilanjutkan dengan Dialog Kebangsaan dan Keagamaan di Demak.
Di kompleks makam Kadilangu, Raden Agus Supriyanto menyambut hangat ziarah rombongan Wakil Ketua MPR yang juga Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
HNW mengungkapkan bahwa ziarah merupakan bentuk cinta anak bangsa kepada pendahulunya sekaligus meneguhkan wajah Islam yang rahmatan lil alamin. “Ziarah ini sebagai bentuk cinta kita sebagai anak bangsa kepada pendahulu kita. Di momen ziarah ini kita juga mengingat kembali bagaimana Sunan Kalijaga menunjukkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin,” tuturnya.
HNW menambahkan melalui wayang, gamelan, tradisi seperti Gerebeg dan Sekaten, Sunan Kalijaga berhasil mengajarkan Islam tanpa menghilangkan kultur budaya yang melekat pada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga berdakwa dengan memanfaatkan wayang menjadi pertunjukkan seni yang digemari masyarakat. “Inilah wujud dari keimanan dan kecerdasan Sunan Kalijaga dalam berdakwah,” katanya.
Model dakwah Sunan Kalijaga, lanjut HNW, telah mensinergikan komitmen keagaman dengan kehidupan bermasyarakat Indonesia khususnya Jawa yang berbudaya. Untuk itu, Sunan Kalijaga menjadi suri tauladan dan semua elemen bangsa perlu meneladani perjuangan Sunan Kalijaga dalam menjaga kerukunan masyarakat.
Sementara dalam Dialog Kebangsaan dan Keagamaan dengan para tokoh masyarakat, kiai, ulama, guru, pimpinan pengajian, HNW menyemangati para peserta bahwa negeri Indonesia adalah hasil perjuangan para kiai, santri, ulama, habaib, bersama masyarakat lainnya.
Sudah semestinya para guru, kiai, ulama, berada di garda terdepan untuk ikut membangun dan menyelamatkan bangsa, serta mensukseskan agenda bangsa, termasuk agenda perpolitikan.
HNW menyebutkan bahwa Indonesia menggunakan sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi itu menghendaki adanya peran serta dari seluruh masyarakat. Setelah reformasi, melalui perubahan UUD, kedaulatan berada di tangan rakyat. Rakyat memilih secara langsung presiden, gubernur, anggota DPR, dan anggota DPRD.
“UUD dalam konteks demokrasi memberi ruang seluruh rakyat Indonesia menjadi bagian dari solusi yang bisa menghadirkan perbaikan. Melalui pemilihan umum perbaikan bisa dilakukan. Suara yang diberikan sangat berpengaruh. Selisih suara bisa menghasilkan sejarah yang berbeda,” ujarnya.*