Hidayatullah.com– Dai kondang Ustadz Abdul Somad (UAS) selain dikenal aktif berceramah, juga aktif berdakwah lewat media sosial, baik Instagram maupun Facebook. Dalam penyampaiannya pun, UAS kerap menggunakan istilah-istilah jaman now alias yang kekinian.
Misalnya, UAS mengingatkan umat akan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dimana beliau juga punya pengikut atau penyuka (lovers), sekaligus ada yang membencinya (haters). Lovers dan haters merupakan istilah yang kerap dipakai para pengguna medsos. Saat ini, para pendakwah di medsos punya punya lovers dan haters.
Baru-baru ini, di sela-sela menjalani ibadah umrah bersama rombongan di Tanah Suci, UAS menyampaikan di antara hikmah perjalanan ibadahnya lewat medsos.
UAS mendaki dan berziarah ke Gua Hira di Jabal Nur, Makkah Al-Mukarrahmah, berdasarkan informasi yang disampaikan lewat akun Instagram dan Fanspage resminya, Senin (14/01/2019), dilakukan pada Ahad kemarin waktu Arab Saudi.
Diketahui, gua hira adalah gua kecil yang menjadi tempat merenung (tahannuts) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam –sebelum diangkat menjadi Nabi– dan kemudian tempat turunnya wahyu yang pertama, Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5. Saat itu Muhammad telah berusia 40 tahun.
Setidaknya ada 5 pelajaran dari Gua Hira yang disampaikan UAS yang dikaitkan dengan sejarah perjalanan Rasulullah baik pra maupun pasca menjadi Nabi.
Pertama, terang UAS, ketika kepuasan materi dalam usia 40 tahun berbentuk harta, keluarga dan semua materi sudah terpenuhi, ada sisi lain. Yaitu ruh, jiwa, spiritual, yang juga mesti diisi.
“Karena manusia terdiri dari unsur fisik dan metafisik, zahir dan batin, material dan spiritual,” terangnya lewat @ustadzabdulsomad, pantauan hidayatullah.com, Senin sore.
Kedua, mengenai kesibukan beternak, dagang, apapun cara mencari karunia Allah. “(Di saat itu) terus berputar. Mesti ada tafakkur sa’ah, berhenti sejenak. Mundur selangkah, untuk melesat beribu lompatan besar dalam hidup.”
Pelajaran selanjutnya, yaitu beralih dari keshalehan individual menuju keshalehan sosial.
“Setelah menerima wahyu, Nabi tidak bersembunyi, tapi men-share. Dalam proses sharing haq itulah muncul haters dan lovers. Abu Lahab memilih posisi hater, action selanjutnya adalah bully,” tutur alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini.
Kemudian, UAS bertutur mengenai istri pertama Rasulullah. Bahwa, terang UAS, di balik sosok Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang luar biasa, ada seorang bukan perempuan biasa. Khadijah namanya. “Menyelimuti (Nabi), saat menggigil tiba. Membawakan Waraqah ibn Naufal pelipur lara,” tuturnya, merujuk pada kisah saat Nabi menggigil usai menerima wahyu pertama di Gua Hira.
Pelajaran kelima yang disampaikan UAS, terkait usia seseorang dan jalan hidupnya. Bahwa, jelasnya, “Usia 40 tahun bukan akhir perjalanan, justru garis start perjuangan dimulai di usia 40.”*