Hidayatullah.com– Dalam sejarah perjalanannya, Nahdlatul Ulama (NU) yang hampir satu abad ini belum pernah terjadi ujian seberat sekarang. Hal ini disampaikan Drs Choirul Anam, pendiri sekaligus pembina ormas PPKN (Pergerakan Penganut Khittah Nahdliyah), dalam acara bedah buku “NU Jadi Tumbal Politik Kekuasaan, Siapa Bertanggungjawab?” Selasa (26/02/2019) di Graha Astranawa, Surabaya, Jawa Timur.
“NU ini betul-betul jadi tumbal. NU itu pimpinan tertingginya Rois Amm, belum pernah ada pimpinan Rais Aam yang dicomot sama presiden,” ujarnya menjelaskan isi buku yang baru ditulisnya.
Cak Anam, sapaan akrabnya, mengatakan, sejak zaman Rais Akbar KH Hasyim Asy’ari memimpin NU sampai dengan yang terakhir Rais Aam KH MA Sahal Mahfudh, selalu istiqamah pada posisi tertinggi yang diamanatkan. Belum pernah ada cerita Rais Aam PBNU tergoda gemerlap dunia atau politik kekuasaan.
“Rais Aam itu jantungnya NU, kalau dicomot NU mati. Rais Aam itu mencalonkan dan dicalonkan tidak boleh dalam pandangan Anggaran Dasar, dalam tradisi juga tidak pernah ada,” ujar mantan Ketua PKB Jawa Timur yang kini keluar dari dunia politik untuk fokus meneliti arsip lama NU.
Cak Anam menjelaskan, dalam AD/ART NU sudah terang dan jelas larangan petinggi NU di semua level mencalonkan diri atau dicalonkan dalam pemilihan jabatan politik apapun.
Larangan tersebut ditulis dengan jelas dalam AD/ART Bab XVI Pasal 51 Ayat (4): “Rais Aam, Wakil Rais Aam, Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar…dst…tidak diperkenankan mencalonkan diri atau dicalonkan dalam pemilihan jabatan politik.”
“Sekarang ini NU saya katakan jadi tumbal kekuasaan, tumbal itu sama dengan jimat,” katanya.
Cak Anam juga menjelaskan bahwa NU diperlakukan sebagai jimat untuk kekuasaan. Karena menurutnya, pencomotan Rais Aam NU bukan untuk mendongkrak elektabilitas capres Joko Widodo. Jauh hari sudah diumumkan tingkat keterpilihan Jokowi tidak tertandingi. Dari modal partai pendukung, lembaga survei mengunggulkannya, dan hampir semua gubernur/walikota se-Indonesia sudah terang-terangan berdiri di belakang Jokowi.
Dari berbagai informasi yang Cak Anam kumpulkan, ada 3 hal pokok yang menurutnya diharapkan lewat memasang jimat NU, KH Ma’ruf Amin. Yaitu: Stigma Anti Islam dan Ulama; Kelompok Islam Radikal; Memanjakan Asing dan Neo-PKI.
Selain diisi oleh Cak Anam, bedah buku ini juga menampilkan Profesor Achmad Zahro guru besar UINSA dan Profesor Amminudin Kasdi dari UNESA sebagai pembedah.* Rofi Munawwar