Hidayatullah.com– Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Wuhan di China meminta pemerintah segera melakukan evakuasi terhadap para pelajar/mahasiswa yang terisolasi di Ibu Kota Provinsi Hubei itu sejak otoritas setempat mengisolasi akses keluar-masuk karena virus korona yang mewabah.
Menurut Nur Musyafak selaku Ketua PPI Wuhan, sejauh ini tak ada warga negara Indonesia yang terjangkit virus korona, akan tetapi mereka berharap bisa segera dievakuasi dari Wuhan, kota dimana virus korona pertama kali ditemukan. Wuhan merupakan tempat terparah terpapar virus korona.
“Kondisi teman-teman tidak sebaik pada awal kota ini ditutup atau di-lockdown. Awal-awal masih tenang dan tidak panik tetapi karena pemberitaan di Indonesia dan orangtua mereka khawatir, sekarang psikologi mereka agak tertekan dan minta dipulangkan,” ujar Musyafak pada Senin (27/01/2020) dikutip Anadolu Agency.
Terdapat sebanyak 97 mahasiswa dan 2 orang pekerja asal Indonesia yang ikut terisolasi di Wuhan, dari total sekitar 200 WNI yang kuliah dan bekerja di kota itu.
Menurut Musyafak, pihaknya saat ini sedang berkoordinasi dengan Kedutaan Besar RI dan Kementerian Luar Negeri mengenai nasib puluhan mahasiswa di Wuhan.
Menurutnya, dari KBRI ada rencana mengirim logistik ke Wuhan. “Tapi karena transportasi terbatas, tidak bisa masuk ke Wuhan jadi prosedurnya masih dicari oleh KBRI.”
Sementara itu, menurut penuturan Nugraha, 46 tahun, sudah hampir satu minggu mendekam di dalam asrama demi menghindari potensi terpapar virus korona.
Kata mahasiswa program doktoral Central China Normal University ini, di asrama tempatnya menetap, terdapat 26 mahasiswa Indonesia yang ikut terisolasi dari total sekitar 70 WNI yang berkuliah di universitas itu.
Baca: Hindari Virus Corona, Ombudsman Minta Pemerintah Larang Masuk Pekerja China
Mayoritas mahasiswa asal Indonesia sudah pergi berlibur atau pulang kampung sebelum Wuhan ditutup. Dua hari sebelum penutupan Wuhan, Nugraha mengaku masih menghadiri perayaan imlek yang digelar universitas. Saat itu katanya dia belum terlalu khawatir soal wabah virus korona.
Setelah itu, Wuhan yang biasanya memang sepi karena tradisi mudik saat imlek, kini menjadi lebih sepi akibat wabah virus korona. Transportasi umum tidak beroperasi. Warga setempat bepergian hanya untuk keperluan mendesak.
Beberapa perguruan tinggi, termasuk tempat studi Nugraha, turut mengundur waktu dimulainya semester baru dari yang semestinya tanggal 3 Februari 2020, sampai waktu yang belum ditetapkan.
Melalui sambungan telepon, Nugraha mengatakan, “Dari kampus sudah mewanti-wanti kalau tidak perlu ya tidak usah keluar, juga dianjurkan untuk tidak ke tempat umum seperti pasar dan stasiun, kecuali untuk keperluan logistik,” kutip Anadolu Agency.
Ia mengaku, pergi keluar cuma untuk membeli bahan makanan dengan berjalan kaki ke supermarket terdekat. Sekali berbelanja, Nugraha langsung menyetok untuk kebutuhan lima hari. Katanya, setiap kali keluar asrama, mereka diwajibkan memakai masker dan mencuci tangan menggunakan disinfektan saat kembali.
Baca: Pakar Israel: Virus Corona yang Melanda Wuhan Akibat Senjata Biologi China yang Bocor
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Saat ini di Wuhan harga sejumlah bahan makanan jadi lebih mahal dari biasanya, walaupun kenaikannya di sejumlah tempat perbelanjaan di sekitar perguruan tinggi tak signifikan.
“Sayur misalnya, saya beli kubis itu satu plastik biasanya 3 yuan, sekarang 3,5 yuan. Cuma pas setelah lockdown persis, katanya memang ada yang naik tinggi tapi kalau di sekitar kampus tidak masih lebih murah,” sebut Nugraha.
Nugraha mengaku sejauh ini tak kekurangan bahan makanan walaupun terisolasi di dalam Kota Wuhan. Katanya akses komunikasi pun lancar, membuatnya bisa terus mengabari situasi terbaru kepada keluarganya di Tanah Air.
Katanya, setiap hari sebelum pukul 12 siang waktu setempat, mereka harus melaporkan suhu tubuh masing-masing. Pada setiap kamar diberi kan sebuah termometer.
“Kadang kami harus berhati-hati mengabari keluarga bahwa yang terjadi tidak semengerikan itu, kami memang diharapkan terus menjalin komunikasi dengan keluarga agar mereka tidak khawatir,” sebutnya.*