Hidayatullah.com– Beberapa waktu belakangan, kesadaran beragama dan minat mengikuti kajian keagamaan di kalangan publik figur, selebriti, dan generasi milenial mengalami pelonjakan yang signifikan. Fenomena tersebut merupakan gerakan positif dan menggembirakan.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) M. Fuad Nasar menyatakan, agama adalah kebutuhan jiwa yang tak bisa digantikan dengan uang dan kemewahan. Hidup beragama mengisi rohani yang kosong, menyadarkan manusia akan tujuan hidup yang hakiki dan memberi energi kehidupan di saat suka maupun duka.
“Oleh karena itu, seseorang yang jauh dari agama walaupun telah mapan secara materi dan finansial pasti merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya yakni pemenuhan kebutuhan spiritual. Hidup beragama itu fitrah kemanusiaan,” katanya dirilis tim pemberitaan Bimas Islam kepada hidayatullah.com, Ahad (09/01/2022).
Fuad menjelaskan, dalam perspektif Islam, tujuan beragama bukan hanya sekadar membersihkan diri dan mensucikan jiwa, tetapi untuk mencapai hidup yang baik, hasanah, bahagia, di dunia dan akhirat.
“Akhirat adalah kelanjutan hidup di dunia. Bagi umat Islam, kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat merupakan cita-cita tertinggi, sebagaimana doa yang selalu diucapkan, rabbanaa aatina fid dunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah waqina azaabannaar,” tuturnya.
Fuad mengatakan, di sinilah peran dai, guru agama, dan juru dakwah memberikan bimbingan keagamaan kepada masyarakat agar meraih kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
“Dakwah atau pengajian agama bukan sekadar menyampaikan pengetahuan agama atau memaparkan agama sebagai ilmu. Kita beribadah dan beramal shaleh memang harus dengan panduan ilmu. Tetapi penting diperhatikan bagaimana mengajarkan agama sebagai pedoman hidup dan inspirasi kehidupan,” ujarnya.
Fuad mengingatkan, para dai dalam menyampaikan materi dakwah memerlukan metode pendekatan yang tepat dan cara berkomunikasi yang sesuai dengan jamaah. Bukan menghakimi yang membuat orang menjauh.
“Penyampaian dakwah yang dilakukan dengan kebijaksanaan, nasihat yang baik dan argumentasi yang rasional akan membentuk sikap beragama yang positif dan terhindar dari ekslusifisme beragama yang tidak perlu,” tutupnya.*