Hidayatullah.com–Para wanita di Kamp Nahr Al-Barid, Libanon, berupaya menata ulang hidup dan usaha mereka. Berbagai macam kursus keterampilan yang diadakan badan PBB, UNWRA, membantu mereka untuk bangkit.
Konflik yang terjadi tahun 2007 telah menghancurkan sebagian besar kehidupan ekonomi kamp pengungsi Palestina itu. Para wanita, yang memiliki lebih dari 10 persen usaha di sana, terpuruk dan tidak punya banyak pilihan.
Middle East Online melaporkan, UNWRA dan Pusat Program Wanita di kamp itu bekerjasama dengan Austrian Development Corporation, menggelar pelatihan agar para wanita siap memasuki dunia kerja guna meningkatkan gairah ekonomi di sana.
Dua bersaudara Ahlam (34) dan Aida (30) yang mengikuti kursus penata rambut, bercita-cita membuka salon sendiri. Toko kelontong milik Ahlam hancur akibat konflik.
Para pelatih, kata Ahlam, “Memberi kami semangat secara finansial dan mental untuk membuka usaha sendiri. Kami sangat semangat.”
Setuju dengan Ahlam, Aida mengatakan, “Sebelumnya kami merasa sangat jenuh, karena tidak melakukan apa-apa. Keluarga melarang keluar, sehingga kami tidak punya teman. Sekarang kami merasa lebih baik dan memiliki lebih banyak kebebasan.”
Belajar bersama dengan wanita lain, bisa memperluas jaringan informal dan saling menggali informasi dan kemampuan satu sama lain. Salah seorang peserta kursus mengatakan, “Kami meningkatkan keterampilan menata rambut kami dan juga cara menghadapi orang lain.”
“Kursus ini membuat para wanita merasa lebih percaya diri dan memiliki tujuan.”
Para siswa yang semangat mengikuti kursus sebagian besar harus menghadapi kendala dari keluarga. Mereka berusaha meyakinkan keluarga mengenai pentingnya ikut kursus. Meskipun demikian, sebagian para wanita itu merasa kursus adalah sesuatu yang patut diperjuangkan. Mereka membandingkan dirinya dengan wanita yang berdiam diri di rumah, hanya melakukan pekerjaan rumah tangga.
“Kepribadian saya berubah, sekarang saya memiliki kebebasan untuk menyatakan perasaan saya,” ujar salah seorang wanita.
Perempuan lain yang putus sekolah, setelah kursus lebih memilih mencari pekerjaan di salon-salaon yang sudah ada daripada kembali ke rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Meskipun banyak hasil studi yang menjunjukkan bahwa wanita yang bekerja di luar rumah bisa memutus rantai kemiskinan, semoga mereka tidak melupakan tugas utama dan terseret feminisme Barat. [di/meo/hidayatullah.com]