Hidayatullah.com–Pengurus pusat Partai Fatah yang dipimpin Presiden Palestina Mahmud Abbas telah melakukan pemungutan suara untuk mengeluarkan salah satu tokoh politik mereka, Muhammad Dahlan. Demikian dilaporkan kantor berita resmi Palestina WAFA, Ahad (12/6).
“Pengurus pusat telah melakukan pemungutan suara untuk mengeluarkan Muhammad Dahlan dari gerakan ini dan mengakhiri semua ikatan politik dengannya, serta memperkarakannya ke meja hijau,” bunyi sebagian pernyataan yang dibuat Fatah.
Pengurus partai sepakat untuk mengeluarkan Dahlan dengan 13 suara setuju, enam abstain dan tidak ada yang menolak pemberhentiannya.
Selanjutnya keputusan itu tinggal menungu persetujuan sedikitnya dua pertiga Dewan Revolusi Fatah, untuk bisa berlaku efektif.
Namun sebelum keputusan pemecatannya dirinya diumumkan, rupanya Dahlan telah memasukkan tiga rekaman video ke dalam laman Facebooknya, yang mengungkap tuduhan dibalik pencopotan dirinya.
Dahlan mempertanyakan tuduhan kudeta yang diarahkan kepadanya. “Kudeta terhadap siapa? Apakah kita punya kekuasaan di Ramallah yang bisa dikudeta?” tanyanya.
Dalam rekaman pesannya Dahlan menegaskan bahwa tudingan kudeta dalam tubuh Fatah yang diarahkan padanya oleh Mahmud Abbas merupakan tudingan yang sangat berlebihan, melebihi apa yang dilakukan Israel dan Hamas.
Dahlan mengungkap bahwa upaya perundingan damai yang selama ini diupayakn pemerintah Palestina di Ramallah gagal.
“Tidak ada itu September,” kata Dahlan tentang rencana Otoritas Palestina mencari pengakuan di PBB pada bulan September mendatang.
Disamping melepaskan ikatan politik Dahlan dengan partai, Fatah juga mengirimkan berkas bukti keterlibatan Dahlan dalam kasus korupsi.
Muhammad Dahlan, mantan menteri keamanan dalam negeri dan kepala pejabat keamanan Palestina di wilayah Jalur Gaza, merupakan salah satu tokoh kuat dalam dunia politik Palestina. Dia dikenal dengan sikapnya yang sangat keras terhadap Hamas.
Ia pula yang memimpin kelompok penekan, sehingga mengakibatkan bentrokan sengit pada tahun 1990-an saat kelompok-kelompok perjuangan Islam di Palestina — termasuk Hamas — menolak pembentukan dan mengakui Otoritas Palestina sebagai pemerintah dan wakil resmi rakyat Palestina di dunia internasional.
Setelah menderita malu karena pasukannya dikalahkan Hamas di Gaza pada tahun 2007, Dahlan yang pernah dianggap sebagai “anak didik Amerika Serikat” itu kembali ke panggung politik Palestina tahun 2009 sejak ditunjuk sebagai pengurus pusat Partai Fatah.
Namun pada bulan Desember 2010, Fatah mengumumkan penghentian sementara status Dahlan dalam partai, menyusul dilakukannya pemeriksaan atas kondisi keuangannya. Fatah juga menduga Dahlan sedang berusaha untuk membentuk pasukan milisi bersenjatanya sendiri.*
Keterangan foto: Dari kiri ke kanan; Ismail Haniyah, Mahmud Abbas, Muhammad Dahlan.