Hidayatullah.com–Orang-orang yang lalu lalang di Ramallah, Palestina, akan terkejut dengan pemasangan billboard baru di jalan utama, terutama di bagian dekat kamp pengungsi Qalandia setelah pos pemeriksaan.
Billboard ini bukan iklan dari perusahaan besar seperti biasa, melainkan pesan kepada Presiden AS yang akan mengunjungi wilayah ini dalam waktu kurang dari dua minggu mendatang.
“Inisiatif ini merupakan upaya individu yang bertujuan mengirimkan dua pesan utama untuk Obama tentang kondisi rakyat Palestina di bawah pendudukan,” kata Mahir Alawneh, salah satu dari tiga pria muda Palestina yang berada di balik inisiatif pemasangan billboard itu.
Pesan pertama, katanya, menyoroti fakta bahwa rakyat Palestina telah kehilangan hak untuk memiliki teknologi telekomunikasi 3G karena mereka bersaing dengan perusahaan Zionis Israel.
“Ide yang terlintas di pikiran kami terkait saat Presiden Obama hendak menyelesaikan suatu persoalan, ketika ia bersikeras menggunakan smartphone BlackBerry-nya,” kata Alawneh, dilansir Ma’an News Agency, Rabu (13/03/2013) malam.
Pesan-pesan di billboard itu juga telah muncul dalam beberapa hari terakhir ini sebagai iklan di situs website.
Saat kampanye untuk jabatan keduanya, Obama pernah ingin menelepon dua orang staf tim suksesnya, tetapi ketika asisten memberinya iPhone, ternyata tidak bisa digunakan dengan baik. Lantas Obama pun berkata, “Oh baik, aku saja yang langsung meneleponnya. Sebentar, ini saya sedang membawa BlackBerry.”
Pesan kedua, kata Alawneh, tentang “situasi di pintu masuk ke Ramallah di selatan, di dekat pos pemeriksaan Qalandia yang kondisinya tidak menyenangkan, yaitu kemacetan lalu lintas sehari-hari.”
Dia menekankan bahwa orang-orang Palestina yang bepergian melewati rute itu senantiasa menderita setiap hari, hanya karena pemerintah Zionis Israel tidak mengizinkan pemerintah Palestina memperlebar dan meningkatkan kondisi jalan utama tersebut.
Orang-orang Israel, kata dia, mematuhi dalih bahwa daerah itu di bawah kendali penuh Israel. Namun, tembok pemisah adalah alasan utama dari masalah itu, menurut Alawneh.
Meskipun sangat sederhana, dua pesan itu ingin disampaikan ke dunia bahwa hak-hak yang menjadi kebutuhan orang-orang Palestina sedang dirampas. Alawneh menegaskan, inisiatif ini tidak bertendesi dimensi politik.*