Hidayatullah.com—Asap putih keluar dari cerobong di Sistine Chapel, Vatikan, pada pukul 19.00 lebih sedikit hari Rabu 13 Maret 2013 menandakan pemimpin tertinggi Katolik Roma sudah terpilih.
Lahir di Argentina, Paus Francis menjadi pemimpin Katolik Roma pertama yang berasal dari Amerika Latin.
“Sebagaimana anda ketahui, tugas dari konklaf ini adalah memberikan Roma seorang uskup. Kelihatannya para kardinal saudara saya hampir menghadapi kiamat [dalam memilih paus],” katanya kepada kerumunan jemaat di Lapangan St Peters dalam pidato perdananya, mencoba berguyon menghilangkan citranya sebagai kardinal yang tidak pernah tersenyum.
Bagi mereka yang berharap umat Katolik akan dipimpin oleh orang yang lebih muda, terpilihnya Jorge Mario Bergoglio sebagai Paus ke-266 ini agak mengejutkan, sebab usianya hanya 2 tahun lebih muda ketimbang usia Paus Benediktus XVI saat ditunjuk menjadi pimpinan Katolik Roma pada tahun 2005, tulis BBC.
Bergoglio mengambil gelarnya, Francis, dari nama St Francis Asisi reformis gereja abad ke-13 yang dikenal hidup sederhana dan dekat dengan orang miskin.
Bergoglio lahir 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina, dari keturunan orang Italia. Menurut biografi pejabat Vatikan, dia ditahbis menjadi seorang Yesuit pada 1969 dan memperdalam Bibel di Argentina dan Jerman.
Yesuit (Jesuit) atau Serikat Yesus merupakan salah satu ordo Gereja Katolik Roma. Didirikan oleh Ignatius Loyola bersama enam mahasiswa Katolik lainnya -termasuk Fransiskus Xaverius- pada 1534 di Montmarte, dekat Paris. Misi utama dari ordo ini adalah tugas pelayanan membantu orang miskin dan menyebarkan ajaran Katolik ke seluruh dunia, serta mentaati paus tanpa banyak cakap dan tanya.
Diangkat menjadi uskup tahun 1992, Bergoglio naik jabatan menjadi kardinal Buenos Aires pada 1998 dan menjadi salah satu calon paus pada tahun 2005, tetapi kalah suara dengan Joseph Ratzinger yang kemudian menjadi Benediktus XVI.
Bergoglio dikenal dengan gaya hidupnya yang sederhana. Dia tinggal di bangunan milik keuskupan sebelah katedral, lebih senang memakai jubah hitam daripada mengenakan seragam kebesaran para kardinal yang berwarna merah. Konon pria ini juga lebih senang memakai seragam kardinal bekas pendahulunya daripada seragam baru. Saat menuju Vatikan untuk menghadiri konklaf dia dikabarkan naik pesawat kelas ekonomi.
Kepada Reuters Francesca Ambrogetti, salah seorang tim penulis biografinya, mengatakan bahwa Bergoglio mampu untuk memperbaiki keadaan gereja Katolik. Dan dalam segala hal Bergoglio dinilainya moderat.
Namun menurut Osvaldo Musto, salah seorang monsignor yang pernah satu seminari dengan Bergoglio, dalam artikelnya di BBC tahun 2005 menggambarkan rohaniwan Katolik itu sebagai orang “yang tidak mudah kompromi sama seperti Paus Paulus II dalam hal memegang prinsip gereja dan hal-hal yang dibelanya terkait masalah euthanasia, hukuman mati, aborsi, hak untuk hidup, HAM dan selibasi para pendeta.”
Warna Yesuit kemungkinan akan memberikan nuansa baru bagi Gereja Katolik, sebab ini untuk pertama kalinya seorang kardinal Yesuit menjabat paus dan duduk di Tahta Suci Vatikan.*