Hidayatullah.com–Pemerintah Mesir hari Sabtu (12/07/2013) melarang delegasi Eropa dari komunitas dokter Palestina di sana untuk masuk ke Aresh untuk kemudian masuk ke Jalur Gaza.
Koordinator umum komunitas dokter Palestina di Eropa Abidin Fayez mengatakan kepada kantor berita Shafa, pemerintah Mesir melarang mereka masuk ke wilayah Aresh. Mereka dihentikan di cek poin keamanan Thaluzah 150 km dari Aresh tanpa menyampaikan alasan meski sudah melakukan koordinasi sebelumnya.
Delegasi menegaskan, mereka terpaksa kembali ke Kairo setelah berkali-kali gagal melakukan upaya.
“Kami berharap masuk ke Jalur Gaza secepat mungkin. Ia menegaskan, ada sejumlah delegasi medis Eropa yang berniat ke Gaza dalam beberapa hari ke depan dan ada sejumlah tenaga medis dari Mesir, Yordania dan Maroko,” ujarnya pada Dikutip Pusat Informasi Palestina (PIC).
Ia mengisyaratkan, delegasi terdiri dari empat dokter spesialis bedah dan Mesir sampai saat ini menolak mereka ke Aresh untuk sekadar menginap di sana.
Delegasi mempertanyakan, “Apa alasan menutup Rafah untuk kepentingan kemanusiaan dan medis? Siapa yang yang mengambil keuntungan melarang dokter yang ingin memberikan pelayanan medis dan kemanusiaan kepada warga terkluka di Gaza akibat agresi ‘Israel’.”
Fayez meminta kepada sejumlah negara-negara Arab untuk bersikap serius mendukung warga Palestina di Jalur Gaza dan membebaskan mereka dari kezhaliman blokade. Ia juga meminta kepada organisasi kesehatan dunia seperti Palang Merah Internasional, WHO milik PBB, dan Dokter Whitout Border agar memberikan kontribusi terhadp Gaza di bidang medis.
Hari Sabtu, Mesir telah menutup gerbang Rafah. Perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir ini hanya dibuka satu hari untuk warga Palestina yang terluka karena serangan penjajah Zionis ‘Israel’ yang hendak mencari pengobatan di luar Gaza.
“Kami menerima perintah dari pemerintah Mesir untuk menutup kembali perbatasan Rafah setelah membukanya selama satu hari,” kata Iyad Al-Buzm, jurubicara Kementerian Dalam Negeri Gaza dikutip Sahabat Al-Aqsha.
Situasi ini semakin mempersulit kondisi Gaza dalam serangan beberapa hari ini. “Operation Protective Edge” yang dilakukan penjajah ini telah membunuh 116 dan melukai 670 warga Palestina.
Sementara Brigade Asy-Syahid ‘Izzuddin Al-Qassam telah beri nama jihad ini sebagai Perang “Eaten Straw” yang berarti jerami atau dedaunan yang dimakan ulat-ulat.*