Hidayatullah.com–“Beginilah cara kaum Ibu (Palestina-red) melepas kepergian anak mereka!” demikian pesan singkat datang dari Gaza pukul 19.00 WIB, Ahad (09/11/2015) kemarin.
Pengirim pesan adalah Syeikh Muthaffar Salman an-Nawati (52 tahun). Seorang Imam Masjid Abbas di Gaza. Bersama pesan itu, disertakan sebuah video singkat berdurasi 2 menit dan 45 detik, bagaimana para ibu di Gaza melepas kepergian anak-anak mereka menjemput syahid (InsyaAllah).
“Aku tegar. Karena anakku telah memberkati diriku dengan kesyahidan nya!” ujar Ibunda dari Mujahid Muhnid Al-Hilabi. klik videonya di sini
Kepada para wartawan dia menjawab dengan nada suara datar namun tegas, “Dan saya bangga atas kematian nya sebagai syuhada,” tambahnya kemudian mengusap untuk terakhir kalinya dagu sang putranya yang sudah terbujur kaku.
Pada detik ke empat puluh video memperlihatkan suasana di rumah kediaman keluarga Mu’taz Zawahirah. Ratusan orang mengiringi perginya keranda yang mengangkut jasad Mu’taz.
Pekikan takbir, ucapan selamat, dan ratusan kuntum bunga mawar bertaburan. Beragam bentuk penghormatan disampaikan oleh rakyat Tepi Barat teruntuk pejuang terbaik mereka.
Senada dengan itu. Ibunda dari Mujahid Dhiya Talahimah asal Gaza mengatakan pada dasarnya dia merasakan sedih begitu mendalam. Karena anak nya ialah harta termahal yang dia miliki.
“Namun ada yang lebih mahal dari hati bahkan nyawa ku sekalipun. Dialah Paestina dan Al-Aqsha!” ucapnya terisak. “Karena perjuangan ini menuntut kita mengorbankan semua yang kita miliki!” tambahnya.
Ibu-ibu di dalam video itu baru sebagian saja. Menurut Syeikh Muthaffar Salman, hampir 52 tahun waktunya dihabiskan di Gaza, ia telah melihat banyak hal serupa dengan dua mata dan kepalanya sendiri.
“Banyak. Sangat banyak hal demikian,” katanya.
“Allah telah mengokohkan hati mereka. Sebagaimana Allah kokohkan hati ibunda Musa –alaihi salam-!” tegasnya.* klik videonya di sini