Hidayatullah.com–Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menghadiri pemakaman mantan Presiden Israel Shimon Peres pada hari Jumat, ditengah kritik rakyat dan Hamas.
Mahmoud Abbas bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada upacara itu, kemudian berkata pada Netanyahu bahwa mereka sudah lama tidak bertemu.
Netanyahu merespon hal itu dengan mengapresiasi kehadiran Abbas di pemakaman tersebut.
Sementara itu, Fatah, partai yang memimpin dalam Otoritas Palestina (PA) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kehadiran Abbas dalam pemakaman tersebut merupakan bagian dari tanggung jawabnya sebagai seorang presiden, khususnya pada kegiatan yang dilihat masyarakat luas.
Kepala Komite Media Fatah, Munir al-Jaghoub, mengatakan kehadiran Abbas akan menyangkal klaim Israel bahwa penduduk Palestina hanya percaya pada kekerasan, dan apa yang ditunjukkan Abbas merupakan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin.
“Kami sedang menghadapi kepentingan politik dari kehadiran presiden di pemakaman itu, dan partisipasinya memaksa kami sebagai penduduk Palestina untuk menyadari apa yang berada di balik langkah ini dan sebuah pesan perdamaian yang kuat dari penduduk Palestina untuk dunia,” al-Jaghoub mengatakan.
Kehadiran Abbas dalam pemakaman Shimon Peres, memicu reaksi luas dan kecaman di seluruh situs jejaring sosial. Ribuan orang berkicau melalui Hashtag dalam bahasa Arab #ta’ziah_pembunuh. Mereka mengungkapkan ketidakpuasan dan kemarahannya terhadap belasungkawa tersebut.
Banyak ungkapan yang ditulis pada aktivis melalui hashtag tersebut, kebanyakan mengingatkan kejahatan yang dilakukan Peres, terutama pembantauan Qana di Libanon tahun 1996, pembantaian-pembantaian Gaza dan agresi tripartit ke Mesir tahun 1956.
Sebelumnya, Hamas meminta Abbas untuk tidak menghadiri pemakaman penjahat kemanusiaan itu dengan mengatakan bahwa langkah seperti itu akan mendorong normalisasi dengan penjajah sehingga merugikan perjuangan Palestina dalam merdeka.
Dalam acara pemakaman ini, Israel menyiapkan tentara dan polisi dangan melakukan pembatasan ketat di Jerusalem.
TV2 Israel dikutip PIC melansir, keluarga Shimon Peres berkeras agar Mahmoud Abbas berada di tengah barisan pertama saat prosesi pemakaman sebagai tamu khusus daripada berada di barisan belakang. Namun pihak kementerian luar negeri yang bertanggungjawab atas pengaturan tamu menempatkan mereka di ujung barisan pertama dekat dengan Menlu Mesir Samih Syukri.
Sejumlah delegasi dari negara-negara luar, termasuk Presiden AS Barack Obama, Wakil Perdana Menteri Yordania Jawad al-Anani, Menteri Luar Negeri Mesir Samih Shukri, dan Duta Besar Oman untuk Jordania ikut hadir.
Sejumlah besar jalan-jalan ditutup, dan 250 warga Palestina yang mempunyai ijin resmi untuk mengunjungi Masjid Al-Aqsa dari Gaza pada hari Jumat ditangguhkan.
Peres meninggal pada Rabu di umur 93 tahun setelah menderita stroke dua minggu sebelumnya.
Seperti diketahui, Harakat at-Tahrir al-Wathani al-Filasthini /Gerakan Nasional Pembebasan Palestina atau (disingkat FATAH) didirikan tahun 1958, dan dikenal memiliki reputasi kurang baik di mata rakyat Palestina.
Selama ini salah satu fraksi terbesar dari PLO (Palestine Liberation Organization) ini dikenal lunak dan selalu ‘bekerjasama’ dengan penjajah-Israel dan selalu mencederai perjuangan rakyat Palestina (khsususnya Gaza) untuk membebaskan al-Quds.
Sebelum ini, Televisi Israel Channel One mengutip dua peneliti atas dokumen bernama Mitrokhin, masa Uni Soviet yang menunjukkan Mahmoud Abbas pada 1980-an pernah bekerja di KGB, badan intelijen yang kini sudah tidak berfungsi dimana Presiden Rusia Vladimir Putin pernah bertugas di lembaga tersebut.
Dalam dokumen yang tersimpan di Pusat Arsip Churchill Universitas Cambridge, Inggris ini menunjukkan, Mahmoud Abbas yang dikenal sebagai pembina FATAH, faksi dari PLO yang dikenal sekuler ini dipersiapkan KGB dengan nama sandi Krotov, ungkap, Isabella Ginor, salah satu peneliti Institut Truman di Universitas Hebrew, Jerusalem dikutip AFP.*/Nashirul Haq AR