Hidayatullahcom—Palestina memutuskan diri untuk mundur dari peran pentingnya di Liga Arab. Hal ini dilakukan sebagai tanda protes terhadap kegagalan blok regional itu untuk menentang kesepakatan Negara Arab melakukan normalisasi dengan penjajah Israel, kutip AFP.
Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina (OP) Riyad al-Maliki telah mengumumkan keputusannya untuk mundur sebagai Presiden Dewan Liga Arab secara bergilir karena ia gagal menyetujui rancangan resolusi yang mengutuk perjanjian yang melakukan normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel.
Awal bulan lalu, Palestina memimpin sesi terakhir dewan dan diperkirakan akan tetap menjabat hingga Maret 2021. Delegasi mereka juga mempresentasikan rancangan resolusi pada pertemuan dewan di Kairo yang dihadiri oleh menteri luar negeri dari 22 negara blok anggota untuk mengutuk perjanjian perdamaian Israel.
Palestina semakin marah setelah Bahrain mengikuti jejak UEA untuk menormalisasi hubungan dengan penjajah. Hal itu jelas melanggar kebijakan Liga Arab tentang konflik Israel-Palestina yang digambarkan warga Palestina sebagai bentuk pengkhianatan.
Pada 2002, blok tersebut mengadopsi Arab Saudi yang mengusulkan perjanjian perdamaian dan diperbarui pada 2017. Di bawah perjanjian, itu hanya akan menawarkan hubungan seperti itu jika Israel menarik diri dari wilayah pendudukan mereka selama Perang Enam Hari 1967, pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibukotanya dan pemukiman yang adil bagi pengungsi Palestina.
Rencana perdamaian Arab, bagaimanapun, ditolak oleh pemerintah AS setelah beberapa penundaan.*