Hidayatullah.com– Palestinian Airlines secara resmi akan menghentikan operasinya setelah 25 tahun beroperasi. Kementerian Transportasi dan Komunikasi.Palestina mengumumkan keputusan mereka pada hari Selasa lalu.
Maskapai lain secara resmi menghentikan operasinya sebelum akhir tahun 2020. Setelah beberapa tahun beroperasi, Palestinian Airlines telah mengumumkan bahwa mereka menutup layanan untuk selamanya, lapor Jerusalem Post. Meski keputusan Kementerian Transportasi dan Komunikasi Palestina baru dibuat resmi awal pekan ini, hal itu bukannya tidak terduga.
Dua Fokker F50 milik maskapai yang berusia 32 tahun sudah siap untuk dijual pada bulan September, dan pemberitahuannya masih ada di situs web operator. Kedua pesawat tersebut, satu-satunya yang tersisa di armada maskapai, masing-masing telah disewakan ke Niger Airlines sejak 2014 dan 2015.
Satu telah dikembalikan ke maskapai penerbangan Palestina tetapi berlokasi di Amman, Yordania. Perawatan pesawat SU-YAH dinilai terlalu mahal. Sewa untuk pesawat yang masih menggunakan Niger Airlines, SU-YAI, tidak diperpanjang karena krisis yang sedang berlangsung.
Didirikan pada 1995, perusahaan ini beroperasi pada 1997 – dengan penerbangan ke Timur Tengah dari Bandara Internasional Yasser Arafat di Jalur Gaza.
Bandara tersebut dihancurkan oleh rezim teroris ‘Israel’ pada tahun 2001 selama Intifada Kedua. Juru bicara kementerian Ammar Yassin mengatakan Otoritas Palestina (PA) belum menerima tawaran untuk sebuah pesawat yang diparkir di Amman, sementara di Kairo telah disewakan ke sebuah maskapai penerbangan di Nigeria.
Namun, Yassin menginformasikan bahwa kontrak tersebut ditunda akibat dampak pandemi Covid-19. Palestinian Airlines memiliki delapan staf, dua pilot, tiga staf administrasi, dan tiga staf lapangan lagi.
Didirikan setelah Kesepakatan Oslo
Palestinian Airlines didirikan pada tahun 1995, mengikuti Perjanjian Oslo II yang ditandatangani oleh ‘Israel’ dan Palestina yang dimaksudkan untuk mendirikan bandara di Jalur Gaza. Pengangkut didirikan dengan dukungan keuangan dari Belanda dan Arab Saudi. Yang pertama menyumbangkan dua Fokker F50, dan yang terakhir sebuah Boeing 727 .
Maskapai ini mulai beroperasi pada Juni 1997 dengan serangkaian penerbangan charter dari Bandara Port Said Mesir ke Jeddah di Arab Saudi. Layanan terjadwal dimulai sebulan kemudian, dari bandara El Arish Mesir ke Yordania dan Arab Saudi.
Sementara itu, Bandara Internasional Yasser Arafat di Gaza didanai oleh Jepang, Mesir, Arab Saudi, Spanyol, dan Jerman, serta dirancang oleh arsitek Maroko. Ini membuka pintu dan landasan pacu pada November 1998. Upacara tersebut dihadiri oleh Presiden AS Bill Clinton dan dipandang sebagai langkah menuju kenegaraan Palestina. Setelah peresmian, Palestinian Airlines memindahkan semua operasi ke rumah barunya.*