Hidayatullah.com—Gencatan senjata yang disepakati antara penjajah Israel dan pejuang Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mulai berlaku pukul 11:15 waktu setempat (16.15 Wib) pada Ahad, (19/1/2025) setelah mengalami penundaan.
Ribuan warga Palestina kini kembali dari Kota Gaza menuju Jabalia, Beit Lahiya, dan Beit Hanoun seiring gencatan senjata berlaku.
Seorang wanita Palestina mengekspresikan kegembiraannya atas gencatan senjata di Gaza setelah 470 hari genosida ‘Israel’.
Personel Pertahanan Sipil di Gaza juga merayakan gencatan senjata setelah bekerja tak kenal lelah untuk menyelamatkan nyawa ribuan orang di Gaza dan mengevakuasi jenazah para korban.
Reporter Al Jazeera, Hind Khoudary, melaporkan dari Khan Younis di Gaza Selatan, mengatakan ribuan warga Palestina kini bersiap untuk pergi ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak dapat mereka kunjungi – termasuk Jabalia dan Rafah, di Gaza Utara dan Selatan, masing-masing.
“Sejak pagi ini, orang-orang di sini menunggu agar gencatan senjata mulai berlaku, dan mulai bergerak menuju Rafah. Kami juga melihat banyak orang sedang mempersiapkan barang-barang mereka… bersiap untuk kembali,” katanya.
“Tetapi orang-orang ini juga tahu bahwa sebagian besar rumah mereka bahkan sudah tidak ada lagi. Sebagian besar rumah mereka sudah hancur. Namun, sebagian besar warga Palestina mengatakan mereka akan mendirikan tenda di atas reruntuhan. Mereka merindukan lingkungan mereka… atau apa pun yang tersisa darinya.”
Sebelumnya, partai ekstremis sayap kanan Israel, Jewish Power (Otzma Yehudit), mengumumkan akan meninggalkan pemerintahan koalisi ‘Israel yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu.
Selain itu seperti dilansir Anadolu, pemimpin partai, Itamar Ben Gvir, akan mundur dari jabatan menteri keamanan nasional pada Ahad 19 Januari 2025.
Partai Menteri Keamanan Nasional garis keras Israel Itamar Ben-Gvir mengatakan para menteri kabinetnya mengajukan pengunduran diri mereka dari pemerintah pada hari Ahad ini sebagai bentuk penolakan terhadap kesepakatan gencatan senjata Gaza.
Kepergian partai Jewish Power dari pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak akan menghancurkan koalisi atau memengaruhi gencatan senjata. Namun, kepergian Ben-Gvir akan mengganggu stabilitas koalisi.
Perkembangan ini terjadi sesaat sebelum Hamas menyebutkan nama tiga sandera yang rencananya akan dibebaskan pada hari ini, yang berpotensi membuka jalan bagi gencatan senjata Gaza untuk terus berlanjut.
Kesepakatan gencatan senjata datang pada hari ke-470 aksi genosida ‘Israel’ di Jalur Gaza, yang dimulai pada 7 Oktober 2023, dan menyebabkan lebih dari 47.000 warga Palestina syahid, menurut otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza, dengan total 157.000 meninggal dan dan terluka, sebagian besar anak-anak dan wanita.
Lebih dari 11.000 orang dinyatakan hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang menewaskan puluhan anak-anak dan orang tua, dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Pada bulan November, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan genosida untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, serta kepala militer Hamas Mohammed Deif.*