Hidayatullah.com–Kelompok ultranasionalis Yahudi hari ini bersiap melakukan long march Parade Bendera di Yerusalem (Baitul Maqdis) Timur. Rencana itu dikhawatirkan kembali picu pertumpahan darah, dan sekaligus jadi ujian pertama bagi pemerintahan baru ‘Israel’.
Menurut rencana, hari Selasa (15/6/2021) ini warga ilegal Yahudi berencana menyelenggarakan reunifikasi Yerusalem di bawah kekuasaan zionis-Israel’ pasca Perang Enam Hari, 1947. Rencana demonstrasi ini digelar Selasa (waktu Palestina).
Parade kaum Yahudi ultranasionalis itu sedianya direncanakan pada 10 Mei silam, dan melintasi kawasan kota tua di Baitul Maqdis. Namun rencana itu dibatalkan menyusul serangan di Masjid Al Aqsha menjelang akhir Ramadhan dan menyulut perang 11 hari.
Kelompok ekstremis Yahudi sempat menuduh pemerintah zionis tunduk pada Hamas saat mengubah rute parade. “Waktu sudah datang bagi ‘Israel’ untuk mengancam Hamas, bukan Hamas yang mengancam ‘Israel’,” tulis politisi kanan garis keras, Itamar Ben-Gvir, via Twitter.
Aksi tandingan Palestina
Rencananya, penduduk Jalur Gaza akan menggelar protes tandingan pada hari yang sama. Sementara Hamas dan faksi Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas menyerukan warga Palestina menyemuti Kota Tua Yerusalem untuk menghadang parade.
“Ketegangan kembali meningkat di Yerusalem, di tengah situasi politik dan keamanan yang sangat rapuh, ketika PBB dan Mesir masih berusaha mengukuhkan gencatan senjata,” tulis Utusan Khusus Timur Tengah untuk PBB, Tor Wennesland, di Twitter. “Saya mengimbau semua pihak untuk bertindak secara bertanggungjawab, dan menghindari semua bentuk provokasi yang bisa mengarah pada konfrontasi.”
Namun aksi ini dikecam kelompok pejuang Hamas sebagai sebuah “provokasi”, yang sebagai balasan kelompok ini menyerukan “hari kemarahan” di Gaza dan Tepi Barat Yordan. “Kami memperingatkan reaksi berbahaya yang bisa muncul dari niat rejim pendudukan untuk mengizinkan pemukim ekstremis untuk melakukan Parade Bendera di Yerusalem,” tulis Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, lewat akun Twitternya dikutip DW.
Menurut Hamas, aksi demonstrasi ini “identik” dengan serangan roket ‘Israel’ pada Mei silam. Sebuah laporan menyebut bahwa Hamas sudah “menyiagakan” kekuatan militernya, namun perkembangan konflik akan bergantung pada “tindakan ‘Israel’.”
Sejauh ini militer zionis telah menyiagakan sistem penghalau rudal, Iron Dome, ke sejumlah titik di luar Yerusalem, lapor harian Haaretz. Kepolisian juga sudah berjaga-jaga di sekitar Kota Tua, sementara Kedutaan AS di Yerusalem melarang pegawai dan keluarganya memasuki Kota Tua.*