Hidayatullah.com–Pada pertemuan dengan para pemimpin Palestina baru-baru ini Presiden Palestina Mahmud Abbas mengusulkan membatalkan Persetujuan Oslo dengan Zionis Israel. Demikian disampaikan seorang anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) kepada AFP Selasa (18/09/2012).
Anggota anggota Komite Eksekutif PLO Wassel Abu Yusuf mengatakan, Abbas mengangkat ide “membatalkan perjanjian Oslo serta pengaturan ekonomi dan keamanan yang terkait” itu pada pertemuan hari Sabtu dan Minggu.
Abu Yusuf mengatakan, “para pemimpin Palestina telah menyampaikan pendapatnya tentang ide itu dan menyatakan menunda memutuskannya sampai pertemuan berikutnya.” Dijadwalkan pertemuan akan diadakan setelah Abbas kembali dari sidang Majelis Umum PBB akhir bulan ini.
“Ini adalah pertama kalinya pemimpin Palestina mengangkat kembali isu perjanjian Oslo di meja rapat, sejak ditandatangani pada tahun 1993,” tambah Abu Yusuf.
Pernyataan itu muncul setelah satu rekaman video bocor keluar yang memperlihatkan Mitt Romney (calon Presiden AS dari Partai Republik) mengatakan kepada para pendonor bahwa Palestina “tidak memiliki keinginan apapun” dengan proses perjanjian dengan Israel. Jika terpilih sebagai presiden, dia akan mencampakan persoalan perjanjian itu ke jalan.”
Video itu, yang diambil dalam pertemuan tertutup dengan para penggalangan dana di Florida pada bulan Mei, telah menimbulkan pertanyaan baru tentang proses perdamaian jika Romney memenangkan Gedung Putih pada bulan November.
Di Tepi Barat, para pemimpin Palestina mengatakan, Romney salah menuduh mereka tidak menginginkan perdamaian.
“Tidak ada yang akan merasakan banyak manfaat dari perdamaian kecuali orang-orang Palestina, dan tidak ada yang merasakan kerugian dari perdamaian itu kecuali orang-orang Palestina,,” kata kepala perunding Palestina Saeb Erekat kepada Reuters, yang juga dilansir Arab News, Rabu (19/09/2012).
“Hanya mereka yang ingin mempertahankan pendudukan Israel terhadap Palestina saja tidak tertarik pada perdamaian.”
Dalam kampanyenya Barack Obama mengkritik video itu, namun juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan, dia tidak yakin apakah presiden telah melihat video itu.*