Hidayatullah.com – Beberapa waktu terakhir, ramai diberitakan aksi pembakaran Al-Quran oleh para pembenci Islam dan ekstremis sayap kanan di Barat. Selama berabad-abad, Al-Quran telah menjadi pusat perhatian dan kekaguman tak terbanding bagi jutaan jiwa di seluruh dunia.
Dalam keindahan kata-kata yang mengalir, Al-Quran menghadirkan pesan yang penuh hikmah, kasih sayang, dan kedamaian. Ayat-ayatnya yang mendalam dan ajaib telah meraih hati banyak orang dari berbagai latar belakang, budaya, dan kepercayaan.
Seiring waktu berlalu, semakin banyak orang yang menemukan petunjuk dan kebenaran dalam Al-Quran, membimbing mereka menuju jalan Islam yang penuh cahaya dan memberi makna sejati dalam hidup. Inilah 3 kisah mualaf yang masuk Islam karena Al-Quran.
1. Yusuf Oak, Menemukan Al-Quran di Tempat Tak Terduga
Dalam sebuah video yang dibagikan BBC News Indonesia, seorang pria bernama Yusuf Oak mengungkapkan bahwa dirinya telah menjadi mualaf dan muslim selama delapan tahun. Yusuf berasal dari keluarga Kristen yang relijius, selalu ke gereja setiap minggu.
Di depan jamaah, Yusuf menceritakan bagaimana dirinya masuk Islam. Kisahnya berawal saat dia mendapat pekerjaan di klub sepak bola Manchester United.
Saat sedang bekerja, dia menemukan sesuatu aneh, sesuatu yang sangat tidak biasa. Dia menemukan sebuah Al-Quran di dalam stadion. Yusuf pun memutuskan untuk memungut dan membawa Al-Quran itu pulang.
Pertemuannya dengan kitab suci Al-Quran itu lantas menjadi pintu baginya untuk semakin mengenal Islam dan hingga akhirnya masuk Islam.
2. Karen, Masuk Islam karena Kisah Nabi Isa di Al-Quran
Karen, seorang perempuan mualaf asal Amerika Serikat, mengaku bahwa dirinya tak pernah berpikir bahwa akan masuk Islam.
Sejak remaja, Karen memiliki keinginan untuk menyebarluaskan agama Kristen dan ajarannya. Karenanya, perempuan itu memilih masuk sekolah Misionaris. Usai lulus dari sekolah Misionaris, dia kemudian masuk ke Sekolah Tinggi lokal di Dupage.
Di sana, Karen bertemu dan berkenalan dengan sejumlah pemuda dari Suriah. Awalnya, dia mengira mereka juga beragama Kristen, bukannya Islam.
Dorongan mengabdi kepada agama membuat Karen seringkali mengajak orang-orang yang dikenalnya untuk membaca Alkitab, termasuk ke para pemuda Suriah.
Suatu ketika, salah satu dari pemuda Suriah menawarkan Karen untuk membaca Al-Quran. “Anda selalu ingin kami membaca Bible (Alkitab) tapi maukah Anda membaca Al-Qur’an?” tanya pemuda tersebut.
“Saya akan membaca Perjanjian Baru (Alkitab) jika anda membaca Al-Quran,” pemuda tersebut menawarkan diri.
Karen pun menerima tawaran itu dan mulai membaca Al-Quran. Halaman yang ia buka pertama kali saat membaca Al-Quran adalah Surat Ali Imron, yang mengisahkan tentang Yesus (Nabi Isa). Perempuan itu tidak menyangka bahwa Yesus disebutkan dalam Al-Quran.
Menurut Karen, kisah Nabi Isa yang dibacanya merupakan kisah yang sangat luar biasa dan membuatnya terkejut.
Sejak saat itu, Karen mulai memperdalam Islam dan akhirnya memilih menjadi mualaf.
3. Sebastian van’t Hoff Masuk Islam karena Kebenaran Al-Quran
Sebastian van’t Hoff merupakan mualaf yang tinggal di Oxford, Inggris. Pria pemilik galeri seni yang pencinta seni itu menceritakan kisah masuk Islam nya di Facebook.
“Saya masuk Islam sekitar empat puluh tahun yang lalu. Alasannya, saya terharu sampai menitikkan air mata membaca Al-Qur’an dan Sirah; Saya tahu saya sedang membaca kebenaran,” tulisnya.
Van’t Hoff mengaku pada saat itu ia memiliki beberapa kenalan Muslim dan merasakan bahwa mereka “memiliki sesuatu”.
“Pada masa itu saya juga memiliki beberapa rekan dan teman Muslim. Saya sangat menyukai mereka dan merasakan bahwa mereka ‘memiliki sesuatu’. Saya sangat merasakannya di rumah mereka. Ada kemurnian dan kedamaian di rumah-rumah ini di mana orang mengarahkan diri mereka kepada Tuhan lima kali sehari,” imbuh Van’t Hoff. Selain itu, ia menyukai kebersihan yang diajarkan oleh Islam.
“(Saya juga menyukai kebersihan saat melepas sepatu saat memasuki rumah.) Belakangan saya menyadari perasaan yang sama di masjid yang seringkali seperti oasis di kota yang sibuk. Saya menyukai “perasaan Muslim” yang bersih ini,” ujarnya kagum.
“Saya seseorang yang mengambil pengetahuan melalui membaca, saya selalu suka membaca. Itulah mengapa membaca Al-Qur’an adalah alasan utama saya tertarik pada Islam. Saya tidak suka ceramah dan khotbah dan tentunya bukan seseorang yang mencoba meyakinkan saya tentang sesuatu. Salah satu keajaiban Al-Qur’an adalah bahwa bahkan dengan terjemahan yang buruk (jelas, tidak ada yang bisa melampaui bahasa Arab yang luar biasa yang terkandung di dalamnya) Al-Qur’an masih dapat menggerakkan orang dan membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan,” ungkap Van’t Hoff.*