MALAM itu waktu menunjukkan pukul 20.15, Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Gambolo perlahan-lahan meninggalkan Pelabuhan Bungus, Padang, menuju Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Kapal yang semula berjalan tenang beberapa saat kemudian naik turun, bergoyang ke kanan ke kiri hingga kemiringan beberapa derajat.
Di tengah terombang-ambing oleh gelombang, sebuah pengumuman terdengar dari alat pengeras suara KMP Gambolo. “Kepada para penumpang, kondisi cuaca tengah terjadi badai dan gelombang tinggi. Untuk itu kami memutuskan untuk kembali ke Pelabuhan Bungus. Pelayaran akan ditunda hingga jam 5 pagi,” begitu isi pengumuman tersebut.
Menurut Kapten KMP Gambolo, Joko Prihatin, keputusan balik kembali ke Pelabuhan Bungus atas berbagai pertimbangan.
“Gelombang laut memang sedang tidak normal. Kalau saya paksakan terus berlayar, penumpang banyak yang menjerit dan barang-barang bawaan banyak yang rusak,” kata Joko kepada hidayatullah.com, esok harinya.
Jarak dari Pelabuhan Bungus ke Muara Siberut sekitar 135 kilometer. Jika dalam kondisi cuaca normal waktu tempuh dari Pelabuhan Bungus ke Muara Siberut sekitar 11-12 jam.
Kondisi cuaca di perairan Mantawai cepat mengalami perubahan. Jika dalam kondisi ekstrim, gelombang di perairan Mentawai bisa mencapai ketinggian hingga lima meter.
Waktu tempuh yang relatif lama dan tingginya gelombang menjadi tantangan untuk menuju Kepulauan Mentawai.
Siapa pun yang ingin ke Kepulauan Mentawai harus bersiap dengan kondisi ini. Demikian juga para dai yang ditugaskan berdakwah di sana.
“Ini (gelombang tinggi dan badai) belum seberapa. Nanti kita lihat medan dakwah di pedalaman Siberut. Luar biasa! Semangat harus tinggi,” kata Izhar Abu Fatih, seorang dai dari Jakarta yang bertugas di pedalaman Siberut Selatan kepada hidayatullah.com di atas KMP Gambolo, belum lama ini.
Bersama Izhar ada juga puluhan dai yang menumpang KMP Gambolo menuju Siberut. Mereka berasal dari berbagai organisasi masyarakat Islam Sumatera Barat yang tergabung dalam Komite Muslim Peduli Mentawai (KMPM). Kedatangan mereka adalah untuk mempersiapkan dakwah Ramadhan di Mentawai.*