HARI Idul Adha 1436 H telah berlalu sejak dirayakan oleh umat Islam sedunia Kamis (24/09/2015) lalu. Tiga hari setelahnya adalah Hari Tasyriq, saat bagi umat Islam menyembelih hewan kurban. Semua orang merasa bersyukur dan berbagi kebahagiaan. Tak terkecuali yang dirasakan oleh Sukitman, seorang dai Hidayatullah yang tergabung dalam kumpulan dai Dakwah Center (DC) Hidayatullah, Balikpapan.
Sukitman, baru saja dirundung duka berupa kecelakaan motor saat hendak bertugas sebagai khatib Idul Adha di daerah Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur.
“Saya bersyukur peristiwa ini menimpa diri saya. Terlebih, musibah ini terjadi saat hendak menunaikan amanah berdakwah kepada umat,” ungkap Sukitman tersenyum.
Baginya, musibah adalah sunnatullah yang pasti terjadi. Ia bisa menimpa manusia siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Sesuai kehendak dan ketetapan Allah Subhanahu Wata’ala.
Kisahnya, ketika itu Sukitman bergabung dalam ratusan dai Dakwah Center (DC) Hidayatullah yang disebar untuk melayani kebutuhan dakwah di hari raya Idul Adha, khususnya daerah terpencil.
Sesuai amanah, Sukitman sedianya bertugas di PT. International Timber Corporation Indonesia (ITCI) Hutani Manunggal sebagai khatib Idul Adha sekaligus mengimami shalat Id para jamaah.
Untuk memudahkan kordinasi, para dai yang tugas di luar kota Balikpapan, khususnya di daerah Kab. PPU, berkumpul di Penajam, PPU sejak hari Rabu, (23/09/2015).
“Pertimbangan jarak tempuh yang cukup jauh dan medan yang cukup berat, menjadikan semuanya harus dihitung secara matang,“ ujarnya.
Tepat pukul 17.00 WITA, bersama seorang santri sebagai pemandu jalan, dai muda lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah ia mulai bergerak menuju lokasi dakwah. Sebuah lokasi perusahaan yang terletak di pedalaman desa Bumi Harapan Kecamatan Sepaku, Kabupaten PPU.
Menurut Sukitman, awalnya tak ada masalah di perjalanan, jalan yang dilewati juga relatif bagus sebelumnya.
“Namun tiba-tiba saja motor terjungkal. Rupanya di tengah jalan ada lubang sedalam 0,5 meter,” ujar pengasuh Ma’had Tahfidz Ahlus Shuffah, Balikpapan.
Ia bercerita, saat itu dirinya sedang menikmati perjalanan sambil menikmati suasana hutan pedalaman di kanan kiri jalan. Untuk diketahui, jarak lokasi khutbah dari kampus Hidayatullah Penajam sejauh 90 KM. Untuk menuju ibu kota kabupaten dibutuhkan jarak sejauh 177 KM.
Saat bertemu jalan menurun, ia mengaku sengaja menambah kecepatan hingga 80 KM/jam dengan harapan bisa tiba di lokasi sebelum shalat Maghrib.
“Rencana mengejar waktu Maghrib di lokasi, biar buka Puasa Arafah di sana,” tutur Sukitman kembali.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Musibah menimpanya. Dalam kecepataan tinggi dengan kondisi jalan menurun, tiba-tiba ia dihadapkan pada lubang jalan yang menganga lebar dengan dalam 0,5 meter.
Seketika tubuhnya melayang mengikuti motor yang terjungkal ke depan. Posisi jatuh yang kurang menguntungkan menjadikan dirinya tertindih di bawah motor sekaligus menyeret kakinya yang sebelah kiri.
“Saya bersyukur peristiwa tersebut menimpa diri saya. Sebab luka ini saya peroleh di jalan dakwah, jalan mulia yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala,” terang nya penuh rasa syukur.
“Meski tidak jadi khutbah, semoga niat saya tetap dicatat di jalan dakwah,” demikian harapan Sukitman.*/Rizki Kurnia Syah, kontributor hidayatullah.com di Balikpapan