Hidayatullah.com | MASYARAKAT kelurahan Balloci Baru, Pangkep, Sulawesi Selatan mengeluh. Mereka kesulitan jika ingin shalat di masjid, karena memang tidak ada masjid. Masjid terdekat di kampung sebelah jaraknya sekitar 3 kilometer. Itupun medannya sulit karena jalannya berbatu.
Karding memaklumi keluhan itu. Namun apa daya, untuk membangun masjid ia tak mampu. Karding adalah dai Hidayatullah yang ditugaskan berdakwah di Pangkep.
Namun Karding tak mau menyerah. Tak ada rotan akarpun jadi. Ia menemukan bangunan tua dan reot. Dari dalamnya memancarkan bau kotoran sapi. Maklum, karena memang bekas kandang sapi.
Karding sempat bimbang menjadikan bangunan tak terpakai itu tempat ibadah. Namun apa mau dikata, tak ada masjid kandang sapi pun jadi. “Kami bersihkan dan gunakan sebagai tempat shalat masyarakat setempat,” kata Karding di hadapan peserta Rakernas BMH di Makassar, Selasa (05/11/2019).
Baca juga: Ketika Pengantin Baru Ditugaskan Merintis Pesantren
Tak hanya shalat, bekas kandang sapi itu kini juga menjadi tempat mengaji anak-anak Pangkep. Setiap sore sekitar 20 anak belajar membaca al-Qur’an di sini.
“Alhamdulillah, beberapa waktu lalu juga kita pakai pengajian dengan mengundang ustadz Hidayatullah dari Makassar,” kata Karding.
Karding memang dai Hidayatullah yang ditugaskan berdakwah di Pangkep. Ia alumni Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIL) Surabaya lulusan 2018.
Sebelum Karding, Hidayatullah sudah pernah mengirim dai ke Pangkep. Di antara mereka adalah Massiara, Muhammad Yani, dan Ihsan Wahyuddin. Mereka inilah perintis dakwah di Pangkep.
Kesungguhan Karding berdakwah rupanya menarik perhatian Haji Yusuf. November tahun lalu Yusuf mewakafkan tanah 2 hektare. Di atas tanah inilah sekarang sedang berjalan pembangunan masjid. Baru mencapai sekitar 80%. Karding juga berencana membangun Pondok Pesantren Tahfizh Hidayatullah.
“Semoga masjid dan pondoknya bisa terselesaikan secepatnya agar santri dan masyarakat bisa shalat di masjid tersebut serta mendapat pencerahan ilmu agama. Ke depannya, kami juga berencana membangun sekolah agar anak-anak di sini tak perlu jauh-jauh bersekolah. Anak-anak warga yang putus sekolah pun bisa kembali bersekolah di pesantren,” harap Karding.*