Hidayatullah.com– Apa betul kucing dapat terinfeksi virus corona? Studi baru yang dirilis pada Rabu (08/04/2020), mengonfirmasi hal itu, namun menyebut anjing tampak lebih kebal.
Hasil studi itu mendorong badan kesehatan dunia (WHO) untuk mencari tahu lebih dalam tentang penularan virus antara manusia dan hewan peliharaan.
Sebelumnya Kementerian Kesehatan RI menyebut orang yang sudah terinfeksi virus corona jenis baru (Covid-19) termasuk tanpa gejala dapat menularkan virus itu ke hewan peliharaan.
“Yang kita ketahui hewan peliharaan yang tertular. Sampai saat ini yaitu mamalia,” ujar Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi di Jakarta kemarin kutip Antaranews.com pada Kamis (09/04/2020).
Menurut studi terbaru yang dipublikasikan di situs jurnal Science, ditemukan bahwa kucing pun bisa terinfeksi dengan SARS-CoV-2, istilah ilmiah untuk virus yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Walau begitu, hewan lain seperti anjing, ayam, babi, dan bebek disebut sepertinya takkan tertular virus.
SARS-CoV-2 diyakini telah menyebar dari kelelawar ke manusia. Kecuali beberapa infeksi yang dilaporkan pada kucing dan anjing, belum ada bukti kuat bahwa hewan peliharaan bisa menjadi pembawa virus.
Penelitian tersebut bertujuan mengidentifikasi hewan mana yang rentan terhadap virus sehingga mereka dapat dimanfaatkan untuk menguji vaksin eksperimental demi memerangi pandemi COVID-19.
Virus corona baru telah menewaskan lebih dari 83.000 orang se-dunia sejak muncul di China, awal Desember lalu.
Sebelumnya dilaporkan seekor harimau bernama Nadia di Kebun Binatang Bronx, New York, Amerika Serikat positif terinfeksi Covid-19.
Studi itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan di China pada Januari dan Februari, menyebut bahwa para peneliti menemukan kucing dan musang sangat rentan terhadap virus saat mereka mencoba untuk menginfeksi hewan dengan memasukkan partikel virus lewat hidung.
Mereka pun menemukan kucing bisa saling menginfeksi melalui droplet pernapasan. Kucing yang terinfeksi mempunyai virus di mulut, hidung, dan usus kecil. Anak-anak kucing yang terpapar virus punya luka besar di paru-paru, hidung, dan tenggorokan mereka.
Pada musang, virus ditemukan di saluran pernapasan bagian atas namun tidak menyebabkan penyakit parah.
Sebelumnya, potensi virus corona jenis baru yang menyebabkan Covid-19 bisa menular ke hewan melalui manusia terjadi karena ada kecocokan reseptor dan kemampuan virus untuk bermutasi, namun belum ada bukti virus yang ditularkan ke hewan itu akan menulari manusia lagi.
“Memang potensi itu dimungkinkan ketika kemudian bisa menyeberang ke hewan,” ujar pakar patologi dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Agus Setiyono kuitp Antaranews.com, Selasa pekan ini.
Katanya, virus adalah mikroorganisme yang mempunyai kemampuan mutasi. Agus mengambil contoh kemampuan mutasi virus influenza A penyebab flu burung, yang sama dengan Sars-CoV-2 merupakan jenis RNA, dengan kemampuan mutasi antigenic drift dan antigenic shift.
Antigenic drift adalah saat virus mengalami perubahan kecil seiring waktu ketika bereplikasi, terakumulasi sehingga sifat antigeniknya berbeda dan tidak dapat dikenali oleh sistem kekebalan tubuh.
Antigenic shift adalah saat terjadi perubahan mendadak yang menghasilkan jenis protein yang baru atau kombinasi protein yang baru.
Menurut pakar mikrobiologi Sugiyono Saputra, fenomena penularan penyakit dari manusia ke hewan disebut dengan istilah zooanthroponosis dan biasanya terjadi karena kecocokan reseptor membuat virus itu bisa menempel ke inang di hewan dan bereplikasi atau memperbanyak diri.
Namun, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini meminta masyarakat tak panik karena isu hewan dapat tertular Covid-19 dari manusia.
“Tapi perlu ditekankan selain jarang terjadi tidak ada bukti yang memperlihatkan hewan yang tertular itu akan menularkan ke manusia lagi,” sebutnya.*