Hidayatullah.com–Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer Kementerian Kesehatan (Kemkes) Abidinsyah Siregar mengungkapkan harga obat yang mahal dan efek samping negatif yang ditimbulkan membuat obat konvensional (obat kimia) semakin ditinggalkan.
Solusinya, kata Abidinsyah Siregar, sekarang masyarakat mulai beralih ke pengobatan herbal yang mengandung bahan alamin, karena dianggap lebih sehat. Sejauh ini hampir 60 persen masyarakat Indonesia sudah menggunakan herbal sebagai terapi kesehatan.
“Dari hasil riset, 60% masyarakat yang menggunakan jamu herbal 95 nya persennya mengaku memperoleh manfaat dari ramuan tradisional itu untuk kesehatan. Dan herbal yang paling banyak dipakai di antaranya adalah kencur, jahe, temulawak, kunyit, lengkuas, dan lainnya,” tutur Siregar pada acara media edukasi ‘Hidup Sehat dengan Herbal’ di Jakarta Jakarta, Kamis (12/07/2012) dikutip laman Harian Terbit.
Berdasarkan pemetaan riset, diketahui daerah yang paling banyak menggunakan herbal adalah Kalimantan Tengah 80,7%, sedangkan terendah adalah Sulawesi Utara 23,9%.
Siregar mengatakan, saat ini terus mendorong pemanfaatan herbal. Salah satunya melalui Undang-undang No.36 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional termasuk dalam 17 jenis layanan upaya kesehatan yang wajib disiapkan.
“Saat ini, sudah ada 44 rumah sakit pemerintah yang menyertakan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan, itu belum termasuk jumlah RS swasta. Dari jenis pelayanannya, ada 26 masalah kesehatan yang diakomodir dalam formularium obat herbal asli Indonesia,” ujarnya.
Dari data yang ada Indonesia sendiri memiliki sekitar 30.000-an spesies tanaman yang merupakan 80% dari jenis tanaman di dunia dan 90% dari jenis tanaman di Asia. 9.000 jenis tanaman diantaranya sudah dikenali manfaat kesehatannya, namun baru ada 38 jenisherbal terstandar dan 6 fitofarmaka yang kita miliki.*