Hidayatullah.com–Sebuah kelompok dokter anak Amerika Serikat yang berpengaruh mengatakan, khitan (banyak orang menyebutnya Sunat, red) pada bayi memberi manfaat kesehatan yang jauh lebih banyak ketimbang risikonya.
Asosiasi dokter anak Amerika menyebut bahwa data yang mereka miliki menunjukkan khitan mengurangi risiko kanker penis, infeksi saluran air seni, dan penularan penyakit seksual semacam HIV.
Dukungan terhadap khitan ini merupakan sebuah perubahan dari sikap mereka 13 tahun sebelumnya yang netral.
Namun demikian asosiasi dokter anak itu juga menekankan bahwa keputusan terakhir ada di tangan orangtua bayi. Praktek khitan sendiri telah turun drastis di Amerika karena sebelumnya dianggap berisiko dan memberi manfaat medis yang relatif bisa diabaikan, Selasa (28/08/2012) dikutip BBC.
Beberapa negara bagian Amerika bahkan menolak untuk memasukkan praktik khitan ke dalam bagian dari jaminan asuransi kesehatan mereka.
Walau terjadi penurunan praktek khitan di Amerika, sekitar separuh anak laki-laki di Amerika atau sekitar 1 juta anak masih menjalani praktik ini. Terutama di daerah dengan penduduk Muslim atau Yahudi yang mewajibkan khitan bagi anak laki-laki.
Khitan tujuannya membuka kulit di ujung penis. Praktik ini bisa mengurangi kemungkinan penyakit tumbuh di bawah kulit penis.
Langkah asosiasi dokter anak ini disesalkan oleh psikolog Ronald Goldman, direktur sebuah kelompok antikhitan Amerika. Menurut Goldman manfaat kesehatan yang disebut asosiasi dokter anak itu cacat bukti dan bahwa dukungan mereka terhadap khitan sama sekali tidak bisa diterima.
Goldman berpegang bahwa proses penyunatan berpotensi menimbulkan trauma.
Organisasi medis lain, asosiasi medis Amerika, dan akademi dokter keluarga Amerika menyatakan mereka berada di posisi netral terhadap persoalan khitan ini.
Saran Imam Nawawi
Sebelum ini, tahun 2010, para ahli masih berdebat soan manfaat khitan pada bayi. Peneliti Australia mengatakan belum ada bukti kuat yang menunjukkan hubungan antara bayi atau balita yang dikhitan dengan berkurangnya risiko penyakit menular seksual setelah dewasanya kelak. Bahkan tindakan khitan saat bayi atau balita dikhawatirkan berdampak buruk bagi psikologisnya.
Hanya saja ulama besar, Imam Nawawi menyarankan akan lebih bagus khitan dilakukan ketika usia menjelang baligh.*