ORANGTUA-orangtua yang kurang tidur akan semakin cepat mengauskan otak mereka, menurut studi yang dirilis pada hari Selasa (1/7/2014) oleh Duke-NUS Graduate Medical School Singapore.
Temuan itu didasarkan pada studi selama 10 tahun terhadap 66 orang berusia 55 tahun ke atas. Dengan melihat scan MRI struktur otak mereka guna mengukur volume otak dan penilaian neuropsikologi, serta faktor-faktor yang terkait dengan rekaman jam tidur, para peneliti menemukan bahwa mereka yang kurang tidur menunjukkan pembesaran ventrikel lebih cepat dan penurunan kinerja kognitif.
“Temuan kami berhubungan tidur pendek untuk penanda penuaan otak,” kata Dr Juni Lo, penulis utama laporan dan peneliti Duke-NUS.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan, pembesaran ventrikel otak yang lebih cepat merupakan pendorong penurunan kognitif dan pendorong perkembangan penyakit neurodegenerative seperti Alzheimer, kata Duke-NUS, dilansir Channel News Asia.
“Saran baik pada umumnya menyebutkan tujuh jam sehari untuk (tidur) orang dewasa akan memberikan kinerja optimal pada kognitif,” kata Profesor Michael Chee, penulis senior dan Direktur Centre for Cognitive Neuroscience di Duke-NUS.
Perguruan tinggi itu mengatakan, temuan ini terkait dengan cepat menuanya masyarakat Singapura, dan berharap studi ini membuka jalan untuk merumuskan pekerjaan di masa depan terhadap pekerja yang kurang tidur dan mengalami penurunan kontribusi kognitif, termasuk demensia.
Penelitian Universitas Warwick
Sementara hasil riset para peneliti Universitas Warwick di Inggris menunjukkan, masalah tidur berhubungan dengan ingatan dan fungsi eksekutif otak yang lebih buruk pada orang berusia 50 sampai 64 tahun.
Para peneliti mendapatkan kesimpulan itu setelah menganalisis data tidur dan kognitif (fungsi otak) dari 3.968 pria dan 4.281 perempuan yang ambil bagian dalam English Longitudinal Study of Ageing (ELSA) yang melaporkan kualitas dan kuantitas tidur selama satu bulan.
Hasil studi menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas dan waktu tidur dengan fungsi otak yang berubah seiring usia.
Pada orang dewasa berusia 50 dan 64 tahun, tidur dalam jangka waktu pendek (kurang dari enam jam per malam) dan tidur dalam jangka waktu panjang (lebih dari delapan jam per malam) berhubungan dengan skor fungsi otak yang lebih rendah.
Sebaliknya, pada dewasa yang lebih tua (65-89 tahun) skor fungsi otak yang lebih rendah hanya teramati pada mereka waktu tidurnya panjang.
“Tidur enam sampai delapan jam per malam sangat penting untuk fungsi otak yang optimal pada orang dewasa yang lebih muda,” ujar Dr. Michelle A Miller dari Universitas Warwick dalam siaran publik Universitas Warwick.
“Hasil ini konsisten dengan riset sebelumnya, yang menunjukkan tidur enam sampai delapan jam per malam optimal untuk kesehatan fisik, termasuk risiko terendah terkena obesitas, hipertensi, diabetes, penyakit jantung dan stroke,” tambahnya.
Menariknya, pada orang dewasa berusia lebih muda yang menjelang masa pensiun, kualitas tidur tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan skor fungsi otak.
Sedangkan pada orang dewasa yang lebih tua (65 tahun lebih ), ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dan skor yang diamati.
“Mengoptimalkan tidur pada usia yang lebih tua dapat membantu menunda penurunan fungsi otak seiring bertambahnya usia atau memang dapat memperlambat atau mencegah penurunan secara cepat yang mengarah ke demensia,” kata Profesor Francesco Cappuccio menanggapi hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE pada 26 Juni.
Dr Miller menyimpulkan, jika kurang tidur merupakan penyebab penurunan kognitif masa depan, maka perbaikan non-farmakologis dalam tidur dapat memberikan alternatif intervensi Kesehatan Masyarakat berbiaya rendah dan lebih mudah diakses untuk menunda atau memperlambat laju penurunan kognitif.*