Hidayatullah.com | DALAM kitab Ath-Thibbun Nabawi, Ibnul Qoyyim menyatakan bahwa para dokter (zaman dahulu) sepakat, bila memungkinkan pengobatan dengan menggunakan makanan tidak perlu diganti dengan menggunakan obat. Ketika memungkinkan (berobat) dengan obat sederhana tidak perlu diganti pengobatan tersebut dengan obat yang bekomposisi kompleks.
Istilah pengobatan dengan makanan disebut juga ‘ilaj bil ghiza atau dietoterapi. Substansi yang dapat dimakan dibagi menjadi empat, dawa’ (obat), ghiza (nutrisi), ghiza dawa’i (nutrisi obat), dan dawa’ ghiza’i (obat nutrisi).
Wortel sama seperti mentimun dan labu termasuk ke dalam ghiza’ dawa’i (substansi nutrisi untuk obat), sementara contoh dawa’ ghiza’i adalah kacang almond. Wortel dalam bahasa Arab disebut jazar. Jenisnya ada yang liar (jazar al-barri) dan budidaya (jazar al-bustani).
Pada zaman dahulu bagian yang digunakan dari wortel adalah biji dan daunnya. Di era keemasan Islam umbi akar wortel telah dipergunakan sebagai makanan dan obat.
Ibnu Rasul al-Ghassani dalam al-Mu’tamad fi al-Adwiyah al-Mufrodah menyatakan bahwa wortel budidaya warnanya merah, sifatnya lembab, dan enak dimakan. Sedang jenis yang berwarna hijau sampai kekuningan berat dan kasar (dicerna).
Al-Ghassani juga menandaskan bahwa wortel hasil budidaya memiliki sifat panas di pertengahan tingkat kedua, lembab di pertengahan tingkat pertama. Manfaatnya memperkuat lambung apabila di dalamnya terdapat lendir kental yang melekat, membuka penyumbatan di hati, membantu pencernaan, juga tidak menghasilkan kimus (bubur hasil pencernaan) yang buruk.
Selain itu, wortel dapat meningkatkan keringat dan meluruhkan angin (dari tubuh), juga cocok dikonsumsi di musim semi dan gugur.
Baca: Diet Cara Nabi dan Ulama
At-Taflisi menandaskan bahwa wortel ada dua jenis, liar dan kultivar (budi daya). Yang terbaik warnanya merah, dari musim dingin. Sifatnya panas pada derajat kedua, lembab derajat pertama. Juga menguatkan tulang punggung, meningkatkan syahwat jima’ (bersetubuh), dan menyeimbangkan banyak pematangan (humor).
Indhoj (pematangan) adalah sifat yang menjadi salah satu dari sistem pengobatan penyakit berat, yaitu mundhij wa mushil atau mematangkan dan mengevakuasi, seperti ditegaskan Ibnul Qoyyim dalam Ath-Thibbun Nabawi.
Jadi, penyakit seperti penyumbatan kronis harus dimatangkan terlebih dahulu sebelum dievakuasi dengan obat pencahar atau pengeluaran darah (bekam atau fashdu). Wortel adalah salah satu yang dapat berfungsi untuk melakukan tugas mematangkan tersebut.
Menurut buku Medicinal Plants of the World, di India akar wortel segar digunakan untuk menyembuhkan sakit kuning dan radang, ekstrak airnya diminum sebagai tonik (penguat), ekspektoransia, peluruh air seni, stomakik (obat lambung), dan pembersih hati.
Umbi wortel memiliki sifat manis, memproduksi panas, menambah nafsu makan, membantu pencernaan, untuk cacingan, merangsang daya seksual, dan memperkuat jantung. Selain itu, untuk peluruh dahak dan antioksidan, sebagaimana yang dinyatakan dalam buku Green Remedies.
Laman nyrnaturalnews.com memberitakan bahwa mengonsumsi lebih banyak wortel membantu melindungi dari serangan jantung. Penelitian dari Univeristas Wageningen, Belanda yang dimuat laman tersebut menyatakan, orang-orang yang berada pada kelompok yang umum mengonsumsi wortel 25 gram per hari atau lebih akan menurunkan risiko terserang penyakit jantung koroner sebesar 32 persen.
Masih laman yang sama disebutkan wortel adalah sumber antioksidan alfa dan beta karoten, yang diubah oleh tubuh menjadi retinol (vitamin A), baik untuk kulit, paru-paru, sistem imun dan kesehatan jantung. Selain itu, mengandung vitamin K dan C, B6, B1 dan B2, kalsium dan potassium, diet serat yang penting untuk kesehatan pencernaan.
Sedangkan carrotmuseum.co.uk menyatakan konsumsi tinggi beta karoten dan vitamin C yang terdapat dalam wortel dapat membantu meningkatkan kapasitas paru-paru. Juga dapat menolong dari masalah pernafasan seperti asma, bronchitis dan emfisema (nafas pendek).
Diketahui dari hasil penelitian ada dua jenis senyawa glikosida kumarin dari wortel yang berperan terhadap efek anti hipertensi. Senyawa glikosida tersebut dapat berperan menurunkan tekanan darah arteri pada tikus percobaan, seperti yang dijelaskan pada jurnal berjudul, Hypotensive Action of Coumarin Glycoside from Daucus carota.
Baca: Berbuka Puasa dengan Buah Semangka, Rasulullah ﷺ Pun Suka
Dimasak atau Mentah?
Banyak orang mengira sayur dan buah akan lebih baik dimakan mentah dibanding dimasak terlebih dahulu. Namun kenyataannya tidak demikian. Misalnya wortel, justru menurut penelitian lebih baik dimasak sebelum dikonsumsi dibanding dimakan mentah.
Penelitian yang dilakukan oleh Luke Howard dan rekan-rekan dari Universitas Arkansas menyatakan kandungan antioksidan pada bubur wortel yang dimasak lebih tinggi dibandingkan dalam kondisi segar. Penelitian ini dimuat pada Journal of Agricurtural and Food Chemistry.
Howard dan rekan mengukur aktivitas antioksidan selama empat minggu dari wortel yang dimasak dengan metode puree untuk melihat tingkat asam fenolik dan beta karotennya. Hasilnya, setelah proses pemanasan diketahui tingkat antioksidan meningkat sebesar 34,3 persen, demikian menurut laman news.uark.edu.
Baca: Sehat dengan Lemak Menurut Pengobatan Islam
Tips Membuat Sirup Wortel
Sirup berasal dari bahasa Arab, Syarob yang berarti “minum.” Namun, di beberapa negara disebut juga sharbat atau sherbet, seperti di Maroko, Turki dan Iraq. Minuman sirup yang sering dipergunakan sebagai obat dibawa ke Eropa melalui Dinasti Turki Usmani.
Berikut ini cara membuat sirup wortel dalam skala kecil dengan perbandingan 10 persen dari resep awal yang tercantum dalam buku, Herbal Bioactives and Food Fortification: Extraction and Formulation :
- Siapkan 1.2 liter jus wortel segar
- Gula batu 400 miligram
- Kemudian panaskan gula sampai mencair
- Masukkan jus wortel ke dalam panci, lalu panaskan bersama larutan gula dengan api kecil hingga konsistensinya mengental.
- Saring dengan menggunakan kain dan dinginkan lalu masukkan airnya ke dalam toples kaca, simpan dalam refrigerator (kulkas).
- Ambil 50 mililiter sirup, lalu larutkan dalam segelas air dingin, sirup siap diminum.
- Sirup ini dapat dikonsumsi pagi dan malam hari sebagai ‘ilaj bil ghiza bagi orang yang mengalami gangguan jantung.
- Sebaiknya buat sirup untuk takaran pemakaian tidak lebih dari tiga hari. Apabila ingin membuat dalam jumlah banyak diperlukan penstabil pH. Selamat mencoba!*/Joko Rinanto, sarjana farmasi, pengajar dan praktisi thibbun nabawi di Bekasi, Jawa Barat