ILMUWAN Jerman dan Denmark mengatakan, mereka telah mengidentifikasi puluhan bahan kimia, termasuk beberapa yang digunakan dalam produk kebersihan dan produk sehari-hari yang dapat mengganggu kesuburan pria dengan merusak sperma.
Dilaporkan dalam jurnal EMBO Reports, tim ilmuwan itu mengatakan, sepertiga dari 96 bahan kimia yang diuji dengan menggunakan teknik baru, memiliki efek buruk pada sperma.
Bahan kimia tersebut termasuk termasuk 4-methylbenzylidene camphor (4-MBC), yang merupakan filter ultraviolet yang digunakan dalam tabir surya, dan anti-bakteri Triclosan, yang digunakan dalam beberapa jenis pasta gigi, kata mereka.
Kalangan luar memuji penelitian tersebut, tetapi mereka menyebut kesimpulan penelitian tersebut hanya pada sperma yang diuji di laboratorium, sementara lingkungan yang ada pada sekitar tubuh manusia jauh lebih kompleks.
Sejauh ini pengawas kesehatan masih menutup mata terhadap apa yang disebut “kimia pengganggu sistem hormon di dalam tubuh”, yang jumlahnya ratusan hadir dalam produk makanan, tekstil, produk kebersihan, mainan, kosmetik, dan botol plastik.
Zat-zat kimia tersebut belum dilakukan tes pengaruhnya pada sperma. Para peneliti mengatakan, masalah ini sekarang mulai dipecahkan.
“Studi kami untuk memberikan bukti ilmiah guna membantu membentuk peraturan dan langkah-langlah internasional,” kata Timo Struenker dari The Centre of Advanced European Studies and Research di Bonn, Jerman, yang memimpin penelitian, seperti diberitakan The Star Online (15/5/2014).
Penelitian ini menunjukkan bahwa paparan bahan kimia meningkatkan kadar kalsium dalam sperma, mengubah perilaku renang mereka, dan menghambat kemampuannya untuk menembus mantel telur pelindung.
“Untuk pertama kalinya kami telah menunjukkan hubungan langsung antara paparan bahan kimia pengganggu terhadap hormone tubuh (endokrin) dari produk industri dan efek buruk pada fungsi sperma manusia,” kata Niels Skakkebaek dari Copenhagen University Hospital.
Dalam komentarnya di Britain’s Science Media Centre, Colin Berry, profesor patologi di Queen Mary University of London, memperingatkan terhadap ekstrapolasi hasil bagi manusia yang dihasilkan dari tes laboratorium tersebut.
Tikus laboratorium harus menjadi langkah berikutnya melakukan percobaan memvalidasi temuan, katanya.
Allan Pacey, ahli dari University of Sheffield, mengatakan, pria yang terkena penurunan kualitas sperma bisa berasal dari bahan kimia atau faktor gaya hidup. Bukti-bukti penelitian itu perlu didukung dengan studi yang dilakukan meluas di kalangan penduduk, katanya.*