Hidayatullah.com–Seperangkat tabung panjang terbuat dari emas dan perak berasal dari sekitar 5.500 tahun silam yang ditemukan di daerah Kaukasus Utara di Rusia kemungkinan sedotan tertua yang pernah ditemukan arkeolog.
Delapan tabung berdinding tipis itu, masing-masing memiliki panjang lebih dari satu meter dengan lubang di ujungnya, ditemukan di dalam tiga peti terbesar berisi sisa-sisa jasad manusia yang digali dalam ekskavasi di sebuah gundukan tanah dekat Maykop pada musim panas 1897.
Tabung-tabung itu, sekarang disimpan di museum Hermitage di St Petersburg, berasal dari era milenium keempat sebelum Masehi. Tabung panjang itu dibuat dari beberapa potongan yang disambung. Empat di antaranya memiliki hiasan berbentuk banteng kecil terbuat dari emas dan perak.
Para pakar sebelumya menduga tabung-tabung itu kemungkinan digunakan sebagai penyangga kanopi yang digunakan dalam prosesi pemakaman atau tongkat kerajaan. Akan tetapi sebuah tim ahli di Rusia mengatakan bahwa benda-benda itu mungkin digunakan sebagai sedotan untuk minum bir dari sebuah wadah yang dipakai bersama.
“Apabila benar, benda-benda ini merupakan bukti material paling awal dari kebiasaan minum melalui tabung panjang – praktik yang umum dilakukan selama pesta di era milenium ketiga dan kedua sebelum Masehi di Timur Dekat kuno,” tulis para peneliti seperti dilansir The Guardian Rabu (19/1/2022).
Dalam laporan penelitian yang dimuat di jurnal Antiquity, tim pakar menduga item tersebut adalah sedotan yang “dirancang untuk menyeruput jenis minuman yang memerlukan penyaringan saat dikonsumsi”.
Para peneliti mengatakan teori mereka didukung oleh sejumlah bukti termasuk gambar yang tertera pada segel dari Iran dan Iraq yang berasal dari milenium kelima hingga keempat SM tentang orang-orang yang menggunakan sedotan untuk minum. Sementara dari milenium ketiga SM, gambaran jamuan makan bersama – yang menunjukkan sekelompok orang menyedot bir melalui tabung panjang dari sebuah wadah – merupakan gambar populer dalam karya seni bangsa Mesopotamia.
Penulis laporan itu menambahkan bahwa batang buluh, yang dibungkus dengan lembaran emas, serta dua tabung minum logam, ditemukan di dalam makam seorang wanita yang dikenal sebagai Ratu Puabi di pemakaman keluarga kerajaan di Ur, berasal dari masa sekitar 4.500 tahun silam.
Tabung yang di bagian ujungnya terdapat lubang-lubang kecil, bentuknya konsisten dengan penyaring metal yang dipasang di bagian bawah sedotan yang biasa dipakai masyarakat di kawasan Levant (kawasan pesisir Mediterania sekarang Palestina, Libanon, Suriah) dan orang-orang di Mesopotamia (sekarang Iraq) pada masa dua milenium sebelum Masehi.
“Seperangkat delapan tabung minum di makam Maykop oleh karena itu kemungkinan merupakan peralatan pesta yang dipakai oleh delapan individu, yang dahulu kala duduk bersama menikmati minuman bir yang disedot dari satu wadah besar yang ditemukan juga di dalam makam tersebut,” tulis para peneliti.
Tim peneliti mengatakan bahwa mereka menemukan bukti jejak tepung barley di bagian ujung salah satu tabung, meskipun temuan itu bukan bukti konklusif bahwa minuman yang dulu dikonsumsi merupakan bir. Sebagaimana diketahui, barley biasa dipakai orang dari berbagai bangsa dulu dan sekarang untuk membuat bir dan minuman lain.
“Posisi di mana tabung-tabung itu ditemukan bersama jasad menunjukkan pentingnya pesta dalam upacara pemakaman dan peringkat sosial yang tinggi dari seseorang yang mengadakan perjamuan itu,” kata Viktor Trifonov, penulis pertama laporan itu yang merupakan ilmuwan dari Russian Academy of Sciences.
Prof Augusta McMahon dari University of Cambridge, yang tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan hasil penelitian itu sangat meyakinkan.
“Bir di masa lampau kemungkinan mengandung “gumpalan” sedimen, dan penyaring sedotan merupakan alat yang diperlukan,” kata McMahon, seraya menambahkan bahwa benda semacam itu populer di kalangan masyarakat Mesopotamia pada masa milenium ketiga hingga kedua sebelum Masehi.
“Sedotan minuman ini mengungkap pentingnya kebiasaan jamuan makan dan minum bersama di masa lampau sebagai alat mumpuni untuk menjalin koneksi sosial, sebagaimana perayaan-perayaan dan pesta-pesta pada zaman sekarang,” kata McMahon.*