SEIRING dengan banyaknya peristiwa yang terus mewarnai kehidupan kaum Muslimin secara global, sudah semestinya umat Islam mengambil pelajaran, hikmah dan kemaslahatan dengan mengubah cara berpikir dan sikap, terutama dalam upaya yang mendorong terwujudnya persaudaraan dan persatuan kaum Muslimin di indonesia bahkan dunia.
Beberapa langkah intropeksi bisa dilakukan secara bersama-sama. Misalnya, mengapa kaum Muslimin mudah sekali ditindas, seperti di Palestina, Suriah, dan sebagian negara-negara Muslim di Afrika? Mengapa pemimpin-pemimpin Muslim yang terpilih melalui jalur demokrasi secara sah cenderung selalu dilemahkan dan digulingkan? Dan, mengapa setiap terjadi tindak terorisme, dunia menuding wajah umat Islam?
Tentu masalah di atas membutuhkan jawaban dan upaya nyata yang tidak sederhana, sebab persaudaraan dan persatuan umat Islam memang sedang tidak terajut dengan kuat. Namun, secara pribadi kita bisa mulai dengan memperbaiki cara berpiki dan sikap kita dalam memaknai dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah. Yaitu dengan menghargai kaum Muslimin yang berbeda dengan diri kita, sejauh perbedaan itu bukan pada perkara-perkara ushul.
شَرَعَلَكُممِّنَٱلدِّينِمَاوَصَّىٰبِهِۦنُوحً۬اوَٱلَّذِىٓأَوۡحَيۡنَآإِلَيۡكَوَمَاوَصَّيۡنَابِهِۦۤإِبۡرَٲهِيمَوَمُوسَىٰوَعِيسَىٰٓۖأَنۡأَقِيمُواْٱلدِّينَوَلَاتَتَفَرَّقُواْفِيهِۚ
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS. Al-Syuura [42]: 13).
Ayat ini jelas maksud dan tujuannya. Kemudian, secara historis, langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wasallam seusai membangun masjid saat hijrah adalah mempersaudarakan kaum Muslimin antara Kaum Anshar dan Muhajirin.
Oemar Mita dalam salah satu sesi taushiyahnya yang mengangkat tema “Akhlak Salaf yang Ditinggalkan” yang diupload di Youtube pada 29 April 2016 sempat mengatakan, perlakukanlah orang lain dengan baik. Sebagaimana kita semua ingin diperlakukan baik oleh banyak orang. Kalau kita tak ingin dihujat kehormatannya, maka, jangan pula menghujat orang lain, ujarnya.
Dengan kata lain, jangan sampai karena beda pendapat, beda kelompok, beda kebiasaan, apalagi karena sekedar beda pemimpin dan ulama yang dirujuk, lantas menjatuhkan yang lain. Padahal mereka Muslim juga, sholat dengan berwudhu dan gemar memakmurkan masjid.
Rasulullah bersabda;
بِحَسْبِامْرِئٍمِنَالشَّرِّأَنْيَحْقِرَأَخَاهُالْمُسْلِمَ
“Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim).
Jangan sampai hanya karena perbedaan pendapat, teman dijadikan lawan, disudutkan secara habis-habisan. Padahal, sebelumnya ada banyak maslahat yang bisa diwujudkan justru karena pertemanan yang dijalin. Jangan mudah tergoda untuk menyepelekan sesama Muslim hanya karena diri merasa kedudukannya lebih tinggi dan pendapatnya lebih bermutu.
Kemudian, kalau pun melihat perpecahan, perselisihan dan pertengkaran sesama Muslim, jangan kemudian kita menjadi kompor yang memanas-manasi keadaan. Tetapi, damaikanlah. Itu perintah Allah di dalam Al-Qur’an.
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (QS. Al-Hujurat [49]: 10).
Oleh karena itu setiap Muslim mesti memprioritaskan dua sikap terhadap Muslim lainnya.
Pertama, berlemah lembut
ادْعُإِلَىسَبِيلِرَبِّكَبِالْحِكْمَةِوَالْمَوْعِظَةِالْحَسَنَةِوَجَادِلْهُمْبِالَّتِيهِيَأَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An Nahl: 125)
Kedua, selalu mengajak pada yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar
كُنْتُمْخَيْرَأُمَّةٍأُخْرِجَتْلِلنَّاسِتَأْمُرُونَبِالْمَعْرُوفِوَتَنْهَوْنَعَنِالْمُنْكَرِوَتُؤْمِنُونَبِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron [3]: 110).
Apabila hal ini bisa menjadi komtimen setiap Muslim dalam memimpin keluarga, kelompok dan masyarakatnya, insya Allah perselisihan yang berdampak buruk pada persaudaraan dan persatuan umat bisa diminimalisir. Percayalah, dengan semangat hati memupuk persaudaraan dan persatuan, umat Islam akan tampil kuat dan tidak mudah diprovokasi apalgi dipecah belah. Ikatan kita jelas, yakni satu aqidah.*