Sambungan artikel PERTAMA
Oleh karena itu, sederhana bukan pada bentuk lahir, bukan pada kemestian orang kaya dan masyhur saja, bukan pula kemestian si fakir dan papa saja. “(Tetapi) sederhana niat, sederhana tujuan, ialah tujuan segala manusia yang berakal,” tegas Buya Hamka (halaman 172).
Oleh karena itu, perhatikanlah kesederhanaan pada hal-hal berikut ini.
Pertama, sederhana dalam niat
“Tidak usah berniat hendak jadi raja. Tidak perlu bercita-cita jadi orang berpangkat dengan gaji besar, akan mengharapkan bintang yang akan dihiaskan di dada. yang perlu ialah meluruskan niat.
Sebagai makhluk hidup, kita harus berjasa kepada kehidupan. sebgai laki-laki kita harus tegak pada garis laki-laki. Sebagai manusia, kita harus mempunyai kemanusiaan. Jika telah cukup kemanusiaan, walaupun kaya atau papa, termasyhur atau tidak terkenal, semuanya hanya warna hidup belaka, bukan hakikat hidup. Hakikat hidup ialah, tujuan, niat suci dan sederhana itu.”
Kedua, sederhana dalam berpikir
“Supaya tercapai tujuan niat yang suci itu, dan teratur urusan hidup kita, tercapai keselamatan hidup di dunia yang fana, menjelang akhirat yang baka, hendaklah kita mementingkan pikiran kita sendiri.
Pikiran yang matang dapat membedakan yang gelap dengan yang terang, yang hak dengan yang batil. Dapat membuang jauh-jauh pendapat yang salah dan pendirian yang curang. Kalau tidak dengan pikiran yang teratur beres, tidaklah lahir kemanusiaan yang sempurna dan tidak pula akan maju langkah menuju kemuliaan dan ketinggian.
Yang amat berbahaya bagi hidup ialah pikiran yang tidak tegak sendiri, yang hanya berlindung atau terpengaruh oleh pikiran orang lain. Kekuatan hanya apabila ditolong orang lain. Tidak dapat dibiarkan hidup sendiri. Tak ubahnya dengan rumput yang tumbuh di bawah naungan pohon beringin, hidup segan mati tak mau, sebab dia tidak mendapat cahaya yang langsung dari matahari.”
Jadi, berpikirlah sederhana dan selalulah menjaga tiga hal, yakni tawakkal kepada Allah, menghidupkan cita-cita dalam hati, dan berbaik sangka kepada sesama manusia.
Ketiga, sederhana keperluan hidup.
Buya Hamka menuliskan hal ini, “Dapat makan dua kali sehari, pakaian dua persalinan, rumah yang cukup udaranya untuk tempat diam, dapat menghisap udara dan bergerak, kita sudah dapat hidup. Cuma nafsu jugalah yang meminta lebih dari itu, sehingga di dalam memenuhi keperluan hidup, kerapkali manusia lupa akan kesederhanaan” (halaman 189).
Baca: Tiga Perkara yang Harus Selalu Ada dalam Hidup Kita
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Selanjutnya dijelaskan, “Kalau kita perturutkan saja kehendak nafsu, tidak kita beri batas perjalanannya supaya sederhana, tidaklah nafsu itu akan berujung. Padahal jika kita terima apa yang ada, sabar dan tahan hati, dan berusaha menghindarkan pengangguran, maka nafsu itu akan menerima berapapun yang ada.”
Kemudian, Buya Hamka memberikan ilustrasi, “Binatang apabila telah kenyang perutnya, akan terus tidur, istirahat. Tetapi manusia, walaupun telah kaya, bertambah kaya, bertambah tidak senang hidupnya. Bahkan bertambah tamak dan lobanya, bertambahlah sayang akan bercerai dengan harta.”
Dengan sederhana seperti itu seseorang akan selamat dari jeratan hawa nafsu, memburu yang semu dan menanggalkan yang hakiki. Oleh karena itu, sederhanalah dalam hidup, karena sederhana itulah yang dibutuhkan semua manusia, dan sangat penting untuk dididikkan kepada generasi muda. Wallahu a’lam.*