Rezeki yang berkah berdampak pada istri yang berbakti dan anak-anak yang mudah diarahkan. Sebaliknya, laki-laki yang lalai menjaga rezeki hanya akan membawa hidup dalam kegelisahan
Hidayatullah.com | KITA semua pasti mendambakan rezeki yang berkah dalam hidup. Karena hanya dengan rezeki yang berkah kita bisa merasakan kebahagiaan, ketenangan dan kedamaian.
Bagaimana pun rezeki yang mengalir dan melekat pada diri kita, ikut menentukan kualitas diri dan kehidupan. Seorang laki-laki yang bersungguh-sungguh menjaga rezeki yang berkah yang dinafkahkannya untuk anak dan istri akan hidup bahagia di tengah keluarga yang hormat padanya.
Rezeki yang berkah berdampak pada istri yang berbakti dan anak-anak yang mudah diarahkan. Sebaliknya, seorang laki-laki yang lalai menjaga rezeki yang berkah yang dinafkahkan untuk keluarganya hanya akan membawa hidup dalam kegelisahan dan ketidaknyamanan.
Rezeki yang berkah membawa keluarga yang harmonis dan anak- anak yang baik, sebaliknya rezeki yang dibawa pulang dari jalan tidak baik berdampak pada ketidakbaikan pula.
Jadi, apa lagi artiya harta yang berlimpah jika kebahagiaan dan ketenangan itu tidak lagi kita termukan pada keluarga kita?
Karenanya, rezeki yang berkah menjadi sesuatu yang harus benar-benar kita dari jaga. Bagaimana caranya?
Tentu pertanyaan itu mengusik hati dan pikiran kita. Setidaknya ada lima kunci penting untuk menjaga keberkahan rezeki dalam kehidupan kita, yaitu;
Pertama: Penghasilan yang Halal
Halal, menjadi kata kunci yang wajib kita hadirkan saat bekerja mencari rezeki. Artinya, kehalalan harus menjadi prioritas utama.
Kita harus benar-benar menjaga agar harta yang dinikmati dan dipakai oleh keluarga yang kita nafkahi adalah harta yang halal. Jangan sampai ada setitik darah pun yang mengalir dalam tubuh keluarga –anak dan istri- berasal dari harta yang haram.
Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadisnya mengingatkan dengan keras tentang pentingnya menjaga kehalalan rezeki ini. Dalam hadis itu, Rasulullah mengingatkan, bahwa setiap daging yang dialiri oleh darah yang berasal dari makanan haram tempatnya adalah Neraka. Nauzubillahiminzalik!
كُلُّ لَحْمٍ وَدَمٍ نَبَتَا مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِمَا
“Setiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram, maka api neraka lebih utama baginya (lebih layak membakarnya).” (HR: At-Thabrani).
Jadi, dalam menjenput rezeki Alah, sedapat mungkin kita menghindari pekerjaan-pekerjaan yang mengandung unsur haram dan syubhat. Sedapat mungkin kita hanya berusaha di sektor-sektor yang memang sudah jelas kehalalannya.
Tidak perlulah kita tergiur dengan keuntungan besar jika pekerjaan yang dijanjikan hanya bersumber dari yang haram dan syubhat. Yakinkan rezeki yang halal, meski sedikit jauh lebih memberikan manfaat dan berkah.
Karena bukan berlimpahnya rezeki yarng akan membawa kita pada kebahagiaan yang hakiki, tetapi keberkahannya yang akan membawa kita hidup damai dan bahagia.
Kedua: Hindari menzalimi orang lain
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil. Dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 188).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (٢٩) وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا (٣٠
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS: An-Nisa’ [4]: 29-30)
Adalah mustahil rezeki yang berkah dapat diraih jika rezeki itu diperoleh dengan cara menzalimi pihak lain. Bannyak cara meraih rezeki yang berpotensi menzalimi pihak lain, seperti; praktik riba, korupsi, penipuan, dan berbagai usaha yang dilarang oleh Allah merupakarn contoh mengais rezeki yang dapat menzalimi orang lain.
Cara-cara sepert ini wajib dihindari dalam usaha kita untuk mencari rezeki Allah, karena usaha yang didapat dengan cara seperti itu justeru akan menjauhkan turunya rezeki yang berkah dari Allah subhanahu Wata’ala.
Sesugguhnya doa orang yang terzalimi adalah makbul. Jadi, bukan tidak mungkin apa yang kita peroleh mendatangkan mala petaka bagi keluarga kita karena boleh jadi ada pihak yang kita zalimi terus mendoakan keburukan bagi kita.
Ingat, doa orang yang dizalimi tidak terhijab, alias makbul. Jadi takutlah kita akan hal seperti ini.
Ketiga: Iringi dengan sedekah
Salah satu ciri harta atau rezeki yang berkah adalah rezeki yang dibelanjakan pada jalan kebaikan. Salah satu jalan kebaikan itu adalah sedekah atau infak di jalan Allah.
Sedekah adalah kebaikan yang akan menyuburkan rezeki. Sebagaimana firman Allah dalam AI-Quran bahwa Allah akan menyuburkan sedekan dan mengharamkan riba.
Artinya Allah akan memberi balasan yang berlipat bagi setiap kebaikan sedekah. Allah bahkan menjanjikan balasan sepuluh kali lipat, tujuh puluh kali lipat, tujuh ratus kali lipat, bankan janji yang tidak terhingga untuk setiap amal sedekah.
Kenapa dermikan? Karena kebaikan sedekah memberikan manfaat bagi banyak orang dan menciptakan hubungan harmonis.
Allah berfirman dalam Al-Quran
قُلۡ اِنَّ رَبِّىۡ يَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ يَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِهٖ وَيَقۡدِرُ لَهٗ ؕ وَمَاۤ اَنۡفَقۡتُمۡ مِّنۡ شَىۡءٍ فَهُوَ يُخۡلِفُهٗ ۚ وَهُوَ خَيۡرُ الرّٰزِقِيۡنَ
“Katakanlah, Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.” (QS: As-Saba:39)
Dalam hadits yang lain, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُوْلُ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
Tidak ada satu hari ketika para hamba berpagi hari melainkan ada dua malaikat yang turun. Salah satunya berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak.” Yang lain mengatakan, “Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang kikir.” (HR: al-Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 2333).
Sebaliknya Allah mengharamkan riba dan melaknat pelakunya. Mengapa?
Hal ini karena riba merupakan salah satu dosa besar, dan bentuk kezaliman dalam bentuk ekonomi yang dampaknya sangat luas, bahkan dapat menimbulkan inflasi dan menggaggu kestabilan ekonomi suatu daerah, akibat dampak negatif yang ditimbuikannya.
Penghasilan yang diambil dengan cara riba, mustahil akan menjadikan rezeki yang berkah.
وَّاَخْذِهِمُ الرِّبٰوا وَقَدْ نُهُوْا عَنْهُ وَاَكْلِهِمْ اَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۗوَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ مِنْهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا – ١٦١
“dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih.” (QS: An-Nisa: 161)
Keempat, Takwa dan Tawakal
وَّيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ ؕ وَمَنۡ يَّتَوَكَّلۡ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسۡبُهٗ ؕ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمۡرِهٖ ؕ قَدۡ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ قَدۡرًا
“dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS: At-Thalaq [65]: 23)
Libatkan Allah dalam setiap ikhtiar kkita dalam mencari rezeki. Karena itulah ikhtiar terbaik. Karena sesunggumya Alah telah menyediakan rezeki yang berlimpah untuk kita.
Setiap ikhtiar manusia sangat terbatas dan sangat lemah. Karena itu, kita perlu mengundang dan melibatkan Allah, agar denganya Allah memberi yang terbaik.
Sesungguhnya takwa adalah kunci pembuka sedang tawakkal adalah penutup yang bijak. Karena orang yang bertakwa adalah orang yang hati, pikiran, dan perilakunya terjaga dan senantiasa tunduk pada aturan Allah.
Orang yang bertakwa adalah orang yang menginfakkan seluruh jiwa, raga, bahkan hidupnya untuk taat kepada Allah, sehingga ia layak mendapatkan kecintaan dan kasih sayang dari-Nya. Ketika Allah sudah sayang kepada hamba-Nya, maka tidak ada lagi kekhawatiran bagi hamba tersebut.
Dengan takwa, Allah-lah yang akan menjamin rezekinya, dan memberi kemudahan dalam setiap urusannya. Dengan tawakkal, Allah menurunkan kedamaian, ketenangan dalam hidupnya.
Kelima: Perbanyak taubat dan istiqhfar
قُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّكُمۡؕ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًا
يُّرۡسِلِ السَّمَآءَ عَلَيۡكُمۡ مِّدۡرَارًا
وَّيُمۡدِدۡكُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّبَنِيۡنَ وَيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ جَنّٰتٍ وَّيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ اَنۡهٰرًا
“maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.” (QS: Nuh [71]: 10-12)
Manusia adalah makhluk lemah yang tidak pernah lepas dari salah dan khilaf. Setiap hari baginya ada peluang unituk salah, Namun, Allah yang Maha Pengasih telah menyiapkan fasilitas taubat dan istighfar sebagai sarana pembersih diri dari kesalahan dan dosa.
Dan Allah sangat mencintai hambanya yang bersegera untuk taubat dan istighfar setap kali melakukan kesalahan dan dosa.*