AR RABI’ BIN KHUTSAIM, suatu saat, beliau berjalan bersama Ibnu Ma’sud, yang saat itu menjadi guru beliau, menuju tepi sungai Eufrat lalu melewati tempat penampaan besi. Saat Ar Rabi’ menyaksikan api yang menyala-nyala dan gemuruh suara hembusannya, beliau membaca ayat, yang artinya,”Jika neraka itu menyaksikan mereka dari kejauhan, maka mereka mendengarkan gemuruhnya dan suara nyalanya” (Al Furqan [25]:12).
Setelah itu ulama kalangan tabi’in itu pingsan. Cukup lama beliau tidak sadarkan diri, hingga akhirnya datang waktu dhuhur, Ibnu Mas’ud memanggilnya, tapi beliau belum sadar, hingga akhirnya Ibnu Mas’ud berangkat melakukan shalat Dhuhur. Demikian hingga waktu Ashar tiba Ar Rabi’ belum juga sadar. Bahkan saat adzan magrib berkumandang Ar Rabi’ pun masih belum siuman. Baru pada waktu sahur, beliau tersadar, karena dinginnya udara di malam itu. Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah menukil kisah itu dari Tahdzib At Tahdzib Imam Adz Dzahabi (Ta’liq Risalah Al Mustarsyidin, hal. 124).
Kisah di atas menunjukkan betapa pekanya hati para ulama terdahulu, hingga apa yang mereka lihat dan baca dari firman Allah benar-benar merupakan menjadi peringatan yang benar-benar merasuk ke dalam hati.