Hidayatullah.com– Orang Taiwan yang menghabiskan banyak waktunya untuk mengakses TikTok cenderung setuju dengan narasi-narasi pro-China. Demikian menurut hasil survei.
Survei yang dilakukan oleh DoubleThink Lab yang berbasis di Taiwan, menanyai orang-orang dari berbagai penjuru Taiwan pada bulan Maret. Mereka disodorkan sederet pertanyaan tentang politik dan demokrasi di Taiwan dan China, berikut pandangan mereka tentang unifikasi keduanya.
Dari hasil survei ditemukan bahwa di antara para responden, persetujuan terhadap kritik atas isu-isu domestik Taiwan, dan prospek unifikasi dengan China, angkanya naik seiring dengan penggunaan TikTok, sebelum akhirnya turun lagi di kalangan pengguna TikTok terlama yaitu lebih dari 14 jam dalam sepekan.
Hasil survei DoubleThink Lab itu menunjukkan semakin aktif seseorang menggunakan TikTok kecenderungannya orang tersebut semakin terbuka terhadap propaganda China, dan bahwa unifikasi dengan China tidak terelakkan, dan demokrasi bisa dikorbankan demi kehidupan yang damai.
Bahkan di kalangan pendukung parpol pemerintah Taiwan saat ini yang pro-demokrasi Partai Progresif Demokratik (DPP) – yang dianggap sebagai kelompok separatis oleh pemerintah Beijing yang dikuasai Partai Komunis China – para pengguna TikTok di antara mereka cenderung positif terhadap Komunis China.
TikTok dimiliki oleh perusahaan China ByteDance. Di dalam wilayah China platform TikTok dikenal sebagai Douyin.
Pada 2019, laporan investigasi The Guardian mengungkap bagaimana ByteDance memanfaatkan TikTok untuk mempopulerkan kebijakan luar negeri Beijing lewat moderasi konten yang dianggapnya sensitif.
Hasil studi yang dilakukan oleh Network Contagion Research Institute dari Universitas Rutgers di Amerika Serikat menunjukkan bahwa algoritma TikTok konsisten menggaungkan konten-konten pro-Beijing atau Partai Komunis China.
ByteDance senantiasa membantah pendapat dan tudingan yang mengatakan bahwa perusahaan itu terkait erat dengan rezim Komunis China.
“Tidak dapat dibantah kebenarannya bahwa konten TikTok – baik dalam versi China maupun internasional – sangat dipengaruhi dan dikontrol oleh pemerintah China,” kata Titus C Chen, seorang research fellow di National Chengchi University di Taiwan, seperti dikutip The Guardian Jumat (6/6/2025).
“Jadi sangat tidak mungkin Anda akan menemukan banyak konten di TikTok yang mendukung demokrasi liberal,” imbuhnya.*