Ulama yang Berani Menasihati Penguasa
Hidayatullah.com | ABU Ja’far Al-Manshûr (Khalifah kedua Bani Abbasiyah, red) penguasa kala itu mengudang Thâwûs, seorang ulama pada zamannya. Bersama Thâwûs, diundang juga Mâlik bin Anas.
Setelah keduanya berada di dalam ruangan istana, Abû Ja’far menundukkan kepalanya sesaat. Tidak lama kemudian, dia melirik Thâwus dan berkata, “Sampaikan hadis kepadaku, Wahai Thawús, yang engkau terima dari ayahmu (Ibn Kaisan: seorang tabiin).”
Thâwûs berkata, “Ayahku mengabarkan kepadaku bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Manusia yang paling keras siksanya pada Hari Kiamat adalah seorang laki-laki yang mengatasnamakan dalam kekuasaannya tetapi melakukan penyelewengan dalam melaksanakan kekuasaan.”
Beberapa saat Abu Ja’far termenung. Mâlik berkata, “Aku menarik ujung bajuku karena takut terkena cipratan darah Thâwus (Mâlik menduga bahwa Abû Ja’far akan marah besar).”
Lalu, Abu Ja’far melirik Thâwûs. Dia berkata, “Nasihatilah aku, wahai Thâwus!”
Thâwûs berkata, “Wahai Pemimpin orang-orang beriman! Allah Swt. berfirman. Apakah kamu tidak memerhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap Kaum Ad, (yaitu) penduduk Iran yang mempunyai bangunan-bangunan tinggi yang belum pernah dibangun seperti itu di negeri-negeri lain, Kaum Tsamud yang memotong-motong batu besar di lembah, dan Kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak?) Mereka adalah orang-orang yang bertindak sewenang-wenang di dalam negeri. Lalu, mereka berbuat banyak kerusakan di dalam negeri itu. Karena itu, Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (QS: Al-Fajr (89): 6-14).”
Mâlik berkata, “Aku menarik ujung bajuku yang kedua kalinya karena takut terkena cipratan darah Thâwûs. Beberapa saat Abu Ja’far terdiam. Lalu, dia berkata, “Tolong serahkan wadah tinta itu kepadaku!’ Namun, Thâwûs mempertahankannya. Sehingga, jatuhlah wadah tinta itu.
Tempat duduk kami berwarna hitam akibat tinta yang jatuh itu. Begitu juga tempat duduk Khalifah. Lalu, dia berkata lagi, “Wahai Thâwus! Serahkan wadah tinta itu kepadaku!’ Namun, Thâwus tetap mempertahankannya.” Wallahu a’lam bish-shawab.* (70 Kisah teladan Berdasarkan Al-Quran dan Hadits-hadits Pilihan, Mizan)