Tidak boleh menolak kebaikan dan hikmah dari seorang pun, baik kawan maupun lawan. Hikmah itu diambil dari orang yang punya kedudukan tinggi atau awam
Hidayatullah.com | DALAM kitab, Tarikh Dimasyqi disebutkan tentang biografi Hubaib bin Aus Al-Harits atau Abu Tamam Ath-Tha’i, seorang penyair terkenal. Diceritakan dari Amru bin Abi Al-Hasan Ath-Thusi, dia mengatakan; “Suatu saat ayahku menyuruhku untuk bertemu Ibnul Arabi untuk menyetorkan hafalan syairku. Sementara saya lebih senang dengan syair-syair Abu Tamam.”
“Saya lalu membalakan kepadanya syair-syair Hudzail. Saya juga membacakan sebagian syair Abu Tamam hingga selesai.” Berkatalah Ibnul Arabi, “Tuliskan untukku syair-syair ini.” Lalu, saya pun menuliskannya untuknya.
“Apakah itu syair yang bagus?” Dia berkata, “Ya, saya tidak pernah mendengar syair sebagus ini?” Saya berkata, “Itu adalah syair milik Abu Tamam. Dia berkata, “Bagus.. bagus…”
Abul Abbas Abdullah bin Al-Mu’taz, berkata, “Sejatinya, tidak boleh menolak kebaikan dan hikmah dari seorang pun, baik kawan maupun lawan. Hikmah itu diambil dari orang yang punya kedudukan tinggi atau awam.
Sebuah keterangan diriwayatkan dari Ali ra beliau berkata, “Hikmah itu itu barang hilang orang-orang beriman, maka ambillah barangmu kembali walaupun bersumber dari orang-orang yang menyekutukan Allah.”
Diriwayatkan dari Buzurjimahri bahwa dia berkata, “Saya menerima hal-hal bermanfaat dari mana saja, hingga akhirnya saya selesai mengambil hikmah dari seekor anjing, kucing, babi dan burung gagak.” Dia lalu ditanya, “Pelajaran apa yang engkau terima dari seekor anjing?
Dia menjawab, “Penyayang kepada tuannya dan ganas kepada musuhnya.” Lalu pelajaran apa yang Anda ambil dari burung gagak?”
Dia menjawab, “Sikap waspada dan siaga yang tinggi.” Lalu pelajaran apa yang Anda ambil dari seekor babi?”
Dia menjawab, “Semangat dalam mencapai “inginannya.” Lalu pelajaran apa yang Anda ambil dari seekor kucing?” Dia menjawab, “Persahabatannya yang senantiasa akrab ketika terjadi masalah, bukan teriakannya mengeongnya).” (dalam Tarikh Dimasyq)
Diriwayatkan dari Ibnu Abdil Barr dari Ibrahim bin Asy’ats, dia berkata, “Suatu hari saya pernah bertanya kepada Fudhail bin Iyadh tentang sikap tawadhu?. Beliau menjawab, “Yaitu engkau tunduk kepada kebenaran dan rela mendengarkan yang paling bodoh, engkau tetap menerimanya.” (dalam Jami’ Bayan Al Ilmi wa Fadhuluhu)
Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Qatadah Al-Masr’asyi bahwa Abdullah bin Khabiq mengatakan bahwa Khudzaifah berkata kepadanya, “Boleh jadi engkau menemukan hikmah dari dalam tong sampah, jika engkau mendapatkanya maka merunduklah untuk memungutnya.” (dalam Hilyah Al Auliya). */Akhlak Ulama Salaf dalam Bergaul (Pustaka Al-Kautsar)