Para ulama Baghdad mencampurkan perawi hadits dan matan-matan yang disandarkan pada perawi bukan sebenarnya untuk menguji kemampuan Imam Bukhari
Hidayatullah.com | KETIKA para ahli hadits mendengan kabar akan kedatangan Imam Bukhari mereka bermaksud menguji kedalaman ilmu hadits Imam Bukhari dalam ilmu hadits dan periwayatannya. Mereka mencampurkan perawi hadits dan matan–matan hadits yang yang disandarkan kepada perawi yang bukan sebenarnya.
Tugas ini diberikan kepada sepuluh orang. Setiap seorang siap dengan sepuluh hadits yang sudah dicampuradukkan perawi dan matannya.
Mereka juga datang untuk menghadiri upacara Imam Bukhari yang juga dihadiri oleh para ulama hadits dari luar Bagdad yang telah diundang.
Ketika upacara dimulai, salah satu ulama hadits Bagdad mulai meminta hadits kepada Imam Bukhori. Ketika ditanya tentang hal itu, Imam Bukhari menjawab, “Saya tidak tahu.”
Hadits kedua ditanyakan dan Imam Bukhari menjawab “Tidak tahu”. Begitulah hadits ketiga sampai pertanyaan selesai tentang sepuluh hadits, dan jawaban dari Inmam Bukhari masih sama, “Saya tidak tahu”.
Penonton yang terdiri dari ulama hadits menjadi bingung. Beberapa dari mereka mengatakan Imam Bukhari masih belum menguasai ilmu hadits dengan narasi jawabanya “tidak tahu” ketika ditanya.
Beberapa ulama lain, masih percaya kehebatannya Imam Bukhari dalam ilmu ini. Kemudian orang kedua yang juga ahli hadits bertanya satu hadits ke hadits lainnya sampai hadits yang kesepuluh dia punya.
Namun, jawabannya Imam Bukhari tetap sama, “Saya tidak tahu.” Itulah yang terjadi selanjutnya sampai sepuluh orang dan hadits semua ditanya berjumlah 100 hadits. Jawaban Imam Bukhori tetap saja, “Saya tidak tahu.
Kemudian, Imam Bukhari menoleh ke arah orang pertama yang bertanya kemudian berkata, “Hadits kamu yang pertama seperti ini, hadits kedua seperti ini, hadits ketiga sampai kesepuluh seperti ini.”
Saat Imam mengatur ulang matan dan sanad hadits-hadits dalam urutan yang sebenarnya. Begitulah Imam Bukhari mengoreksi semuanya hadits yang ditanyakan oleh sembilan orang lainnya.
Semua hadits dikoreksi sesuai dengan matan dan sanadnya, tanpa satu matan atau pun sanad tertinggal. Melihat situasinya sangat mengesankan yaitu semua yang hadir termasuk para ulama hadits Bagdad sengaja ingin menguji kehebatan ilmu Imam Bukhari, mengakui kedalaman ilmunya bidang hadits.
Nama asli Imam Bukhari adalah Muhammad bin Ismail bin lbrahim, dipanggil Abu Abdullah. Beliau mulai menghafal hadits ketika belum berusia 10 tahun.
Penulis kitab al-Jami as-Sahih yang paling banyak kitab hadits shahih setelah Quran, yang dikumpulkan selama 16 tahun. Beliau meninggal pada 256H di Samarkand.*/Muhadir Haji Joll, Keajaiban Firasat