Sambungan artikel KEDUA
Oleh: Sri Lestari
Ketiga, menjadi ibu dan teman bagi anak-anaknya. Kata-kata ”wanita adalah tiang suatu negara” tampaknya bukanlah sesuatu yang berlebihan, bahkan saya katakan ”wanita adalah tiang peradaban”.
Sejumlah hadits yang mengabarkan keutamaan wanita. Ini bisa dilihat pada fungsi seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya. Anak adalah cerminan orangtua, seorang anak yang baik biasanya lahir dari keluarga yang baik. Sebagaimana ibu memegang peranan yang sangat penting dalam pengajaran.
Oleh Allah, seorang ibu telah ditempatkan pada kemuliaan yang sangat tinggi menyangkut masalah pendidikan anak. Itulah mengapa tolak ukur seorang anak ditentukan dari ibunya.
Bahkan penelitian yang sekarang menemukan bahwa anak-anak yang kurang atau mendapatkan belaian dan pelukan dari ibunya akan lebih mudah terserang penyakit daripada yang sering dibelai dan dipeluk ibunya.
Pendidikan yang baik sejak dini akan melahirkan generasi yang taat pada Allah, cinta al-Qur’an dan merindukan tegaknya peradaban Islam.
Dari Abdullah bin Umar dikatakan bahwa Rasulullah bersabda, “….dan seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang mereka..” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu. tolok ukur berhasil atau tidak peran wanita dalam kebangkitan mestilah diukur dengan tolok ukur yang Islami dan khusus buat wanita, dan tidak boleh dengan tolok ukur yang lain.
Hal ini telah diperagakan oleh generasi awal muslim. Sehingga masa itu menjadi sebaik baik masa sepanjang peradaban manusia.
Ketika pria dan wanita sama-sama menjalankan peran mereka, maka dengan pembinaan yang intensif, kontinu dan pembentukan jaringan yang kokoh, maka akan terjadi peningkatan taraf berfikir dalam masyarakat kita dan insya Allah Islam akan bangkit menuju peradaban Islam.
Besar harapan kami kepada Muslimah Hidayatullah (Mushida) yang mempunyai visi besar membentuk keluarga Qur’ani menuju peradaan Islam, yang akan menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) ke-IV bisa menghasilkan pemikiran dan kebijkan kebijakan yang mempercepat terwujudnya peradaban Islam.
Jangan sampai kita terjebak pada pemikiran pemikiran yang tidak islami hingga seperti “wanita di persimpangan jalan” yang gamang untuk menentukan langkah karena pemahaman yang kurang terhadap agama.
Dengan kembali ke al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya dalam setiap kebijakan dan langkah program yang di susun, Mushida akan lebih cepat mewujudkan visi besarnya. Walhasil, peran Mushida dalam menyongsong kebangkitan umat sangatlah luar biasa dan mulia.
Peran tersebut memang sebuah peran yang luar biasa berat, oleh karena itulah peran ini haruslah ditanggung dan dilaksanakan secara berjama’ah, dan bersama-sama.
Yakinlah bahwa kita adalah umat terbaik yang telah dilahirkan di antara manusia, dan apa-apa yang Allah wajibkan kepada muslimah pastilah dapat dikerjakan karena sesungguhnya secara fitri setiap muslimah telah dilengkapi dengan keistimewaan-keistimewaan tertentu untuk meraih kemuliaan yang telah dijanjikan Allah.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS.Ali-Imran [3]:110).*
Pengurus Mushida Yogyakarta