PARA salafus Salih membagi manfaat dari ketaatan kepada Allah dan amal salih menjadi dua bagian besar; yang pertama adalah kecintaan Allah kepada hamba yang taat tersebut, kemudian Allah menjadikannya dicintai orang lain serta Allah memberikan kemudahan dalam urusannya. Berikut perkataan beberapa Ulama terkait hal di atas.
Ibrahim Al-Khawwas -rahimahullah- mengatakan, seberapa besar penghormatan seorang hamba terhadap perintah Allah, maka sebesar itu pula kemuliaan yang akan Allah berikan kepadanya, kemudian Allah akan memberikannya kehormatan di hati orang-orang yang beriman. (Kitab Shofwatus Shofwah: 4/348).
Yahya bin Mu’adz -rahimahullah- mengatakan, seberapa besar rasa takutmu kepada Allah maka sebesar itu pula rasa segan manusia kepadamu, dan seberapa besar cintamu kepada Allah maka sebesar itu pula cinta manusia kepadamu, dan sesibuk apa engkau terhadap urusan Allah maka sesibuk itu pula manusia dalam membantu urusanmu. (Shofwatus Shofwah: 4/343).
Malik bin Dinar –rahimahullah- mengisahkan, ketika Umar bin Abdul Aziz -rahimahullah- diberi amanah sebagai Khalifah, para pengembala kambing di pegunungan berkata, “Siapa gerangan Khalifah Salih yang memimpin kami saat ini?” ditanyakan kepada mereka, “Bagaimana kalian tahu bahwa Khalifah sekarang orangnya baik?” mereka menjawab, “Sesungguhnya jika yang menjadi pemimpin adalah orang yang salih, singa dan serigala tidak akan mengganggu hewan ternak kami.” Dan itu yang mereka rasakan ketika mengembala di zaman Umar bin Abdul Aziz. (Mausu’ah Ibn Abi ad-Dunya: 4/503).
Bagian kedua dari manfaat taat kepada Alllah dan amal salih adalah kelezatan ibadah, keramahan hidup dan kelapangan dada.
Al-Hasani -rahimahullah- menafsirkan firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 97 (فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَة) Hayatan Thayyibah adalah “Kami akan rezekikan kepadanya ketaatan yang dia nikmati kelezatannya di dalam dada.” (Tahdzib al-Hilyah: 3/84).
Ibnu al-Qayyim -rahimahullah- mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- mengatakan, apabila engkau tidak merasakan manisnya ibadah dalam hati dan kelapangan dada, maka koreksilah ia, karena sesungguhnya Allah itu Syakur, selalu mensyukuri amal hambanya. (Madarij as-Salikin: 2/273).*/ Muhammad Dinul Haq