SEJATINYA saya tidak akan membahas teori teori pengkondisian klasik (classical conditioning); stimulus-respon yang ditemukan oleh Ivam Petrovich Pavlov (1849-1936) yang selanjut disebut Teori pavlov yang menjadikan anjing sebagai instumen eksperimentnya.
Saya sangat tertarik dengan rangkaian ayat 175-176 dalam Surat Al ‘Arof;
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (QS: Al A’rof: 175)
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS: Al A’rof: 176)
Perumpamaan yang digambarkan ayat diatas sangatlah unik karena langsung menyerupakan (tasybih) karakter manusia dengan anjing,
Anjing yang menjulurkan lidah dan meneteskan air liur menunjukkan hasrat anjing terhadap sesuatu (begitu diantara penemuan Pavlov). Menurut Al-Quran, seorang manusia akan memiliki sifat-sifat binatang yang hanya berorientasi materi dan kesenangan syahwat jika iman tidak diutamakan. Inilah ‘karakter anjing”.
Ada beberapa penjelasan yang sangat menarik yang di sampaikan Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam menjelaskan ayat ini diantaranya adalah;
Ibnu Masud mengatakan bahwa ayat ini menjelaskan tentang Bal’am bin Bauro, Malik bin Dinar mengatakan bahwa Bal’am adalah seorang ulama pengikut ajaran Nabi Musa alaihis salam yang diutus untuk mendakwahi seorang Raja di Negeri Madyan, setelah bertemu dengan Raja Madyan dia malah mengikuti ajaran sang raja dan meninggalkan ajaran Nabi Musa alaihissalam.
Inilah yang di maksudkan dengan insilakh itu (melepaskan ayat ayat Allah dan mengambil dunia yang fana).
Mungkin dari ayat ini lahir istilah dalam bahas Indonesia para penjilat. Para Penjilat bukanlah manusia bodoh tapi justru mereka adalah manusia manusia pintar, mungkin sekarang mereka adalah para sarjana dan orang orang bergelar dan berkedudukan tinggi. Yang seharusnya dengan ilmu dan kedudukan tinggi tersebut mereka tetap terhormat dan terjaga kehormatannya.
Dengan Al-Quran dan sunnah kita akan diangkat derajatnya oleh Allah baik di dunia dan di akhirat akan tetapi jika hawa nafsu telah memenuhi jiwa, maka pengetahuan (akal) dan hati (keimanan) akan dikalahkan oleh perut! Maka jadilah ‘manusia-manusia binatang’ (lihat Surat al A’rof ayat 179) dalam bahasa Imam Al Ghozali mereka adalah bahimiyyah (silahkan rujuk Majmu’ah Risalah Imam Al-Ghozali) bahkan manusia ‘manusia binatang’ lebih sesat dan hina dari binatang itu sendiri.
Jika orang orang pintar bahkan faham ayat ayat Allah saja bisa tergelincir dan tertipu oleh dunia (menjadi para penjilat) apa lagi kita yang masih banyak ketidak tahuan tentang Islam.
Di zaman penuh fitnah seperti sekarang, banyak kita dapatkan paginya masih mukmin sorenya sudah menjadi kafir. Sorenya Muslim, malamnya sudah menjadi kafir karena menukarkan aqidahnya hanya dengan dunia fana.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي فَكَسِّرُوا قِسِيَّكُمْ وَقَطِّعُوا أَوْتَارَكُمْ وَاضْرِبُوا سُيُوفَكُمْ بِالْحِجَارَةِ فَإِنْ دُخِلَ يَعْنِي عَلَى أَحَدٍ مِنْكُمْ فَلْيَكُنْ كَخَيْرِ ابْنَيْ آدَمَ
“Sesungguhnya, menjelang terjadinya Kiamat ada fitnah-fitnah seperti sepotong malam yang gelap gulita, pada pagi hari seseorang dalam keadaan beriman, tetapi pada sore hari ia menjadi kafir, sebaliknya pada sore hari seseorang dalam keadaan beriman, namun dipagi hari ia dalam keadaan kafir. Orang yang duduk pada masa itu lebih baik daripada yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berjalan cepat. Maka, patahkan busur kalian, putus-putuslah tali kalian, dan pukullah pedang kalian dengan batu, jika salah seorang dari kalian kedatangan fitnah-fitnah ini, hendaklah ia bersikap seperti anak terbaik di antara dua anak Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil–pent).” [HR. Abu Dawud (4259), Ibnu Majah (3961) Al-Fitan, Ahmad (19231), dan Hakim]
Mari berlindung kepada Alloh dan tetap memohon hidayahNya. Amin. */Uus Mauludin, Direktur Pusat Studi Islam Bekasi, Mahasiswa Program Doktoral Institut Ilmu Al Quran ( IIQ) Jakarta