Hidayatullah.com | JIKA iman diibaratkan sebagai titian atau jalan, dan amal diibaratkan sebagai langkah, maka kita masih perlu satu hal lagi agar bisa sampai kepada tujuan. Satu hal tersebut adalah ilmu.
Kita bisa ibaratkan ilmu sebagai arah atau petunjuk. Ilmu akan menuntun langkah kita agar tidak tersesat. Meskipun kita telah melangkah di atas titian, namun tanpa ilmu atau petunjuk, boleh jadi bukan surga yang kita tuju. Kita bisa tersesat, karena kita tak memiliki petunjuk, atau mengikuti petunjuk yang salah.
Allah Ta’ala telah menetapkan petunjuk yang benar bagi orang-orang yang beriman, yakni al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat al-Baqarah [2] ayat 2 dan 3;
ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yakni) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
Di dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sungguh, al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (QS: Al-Isra’ [17]: 9).
Al-Qur’an adalah sumber ilmu, mukjizat paling besar yang diturunkan Allah Ta’ala kepada Rasulullah ﷺ . Di dalamnya ada banyak pengetahuan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya, apa yang utama dan apa yang tidak, serta kisah-kisah yang bisa diambil hikmahnya.
Sejarah juga membuktikan bahwa dari al-Qur’an bermunculanlah berbagai disiplin ilmu seperti ilmu waris, ilmu hukum, ilmu tafsir, ilmu kesehatan, ilmu sains, ilmu gramatika, dan banyak lagi cabang-cabang ilmu lainnya.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang menghendaki dunia maka wajib ia berilmu. Barang siapa menghendaki akhirat maka ia wajib berilmu. Dan, barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya berilmu.”
Ahli ilmu adalah tempat kita bertanya. Bila kita tak lagi memiliki ahli ilmu maka berarti kita telah sampai pada suatu kondisi sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah ﷺ : “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-Nya sekaligus, akan tetapi akan mencabut ilmu dengan menghilangkan para ulama, sehingga apabila tidak ada seorang pun yang berilmu maka orang-orang akan menjadikan pemimpin dari orang-orang yang tidak berilmu, kemudian mereka memberikan fatwa yang sesat dan menyesatkan.” (Riwayat Bukhari).
Sebegitu pentingnya ahli ilmu sehingga Rasulullah ﷺ mengganggap, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud, bahwa pemilik ilmu lebih utama dari ahli ibadah. Rasulullah ﷺ sendiri adalah cerminan al-Qur’an. Suatu ketika, Hisyam bin Amir bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah ﷺ . Aisyah RA menjawab, “Akhlak Nabi ﷺ adalah al-Qur’an,” (Riwayat Muslim).
Semoga kita tetap berada di jalan yang lurus, jalan yang ditempuh para Nabi dan Rasul, jalan yang telah ditunjukkan di dalam al-Qur’an, jalan yang akan mengantar kita kembali kepada kampung halaman kita, yakni Surga. */Mahladi Murni